TAWA PAGI
Semerbak bunga menuangkan harapan
yang tak sirna
Padamu aku terjerembab cinta di
kening rasa
Dari mawar yang terlempar mengenai
ruangan
Tak sia-sia hasil ku dapatkan
Waktu-waktu kian berganti
Menjemput tawa
Seusai subuh menancapkan cahaya
Di antara kenikmatan alam semesta.
Engkau bilang
“Kedekatan akan lebih dikenang
Dan tenang tanpa beban menerjang,”
Sungguh benar!
Meski hutang-hutang melambung tinggi
Aku berhasil melupai
Walau sesaat akan kembali lagi.
Lubangsa
Selatan 2019
HUJAN DINI HARI
Apa yang kau pahami tentang hujan?
Bila tumbuhan kering di tengah jalan
Menusuk harapan
Mematahkan ranting-ranting yang
memanjang
Jatuh kedalam lautan berkarang.
Tenggelam dari air mata
Menunggangi banyak anak panah
Sebab mendung tak kunjung reda
Dari sumber masalah.
Sendiri dimakan sunyi
Melantunkan ayat ayat perih
Pada hujan dini hari
Yang sakitnya berkali kali
Menusuk pada hati.
Sakit yang kau jalani
Mengenal sebuah api pada tubuh
Yang ditinggal pergi
Dari hujan dini hari.
Annuqayah
lubsel 2019
ANGIN GELAP
Bila mana aku memanjangkan angan
Lalu angin gelap menerpa taman
Di bukit pelaminan.
Besing tetangga merasut telinga
Dari pekerjaan mendua di gelap gua
Meraba gunung gunung yang tak
berbatu
Menumpahkan susu dari lubang lubang
tertentu.?
Angin gelap menghantam taman
Memisahkan pelaminan
Dari tempat kesuburan bunga mawar.
5-2-19
ANGIN
Aku ingin berbicara pada angin
tentang kehidupan yang penting
Yang membawa perubahan akan
kehidupan selanjutnya
Karena kehidupan mesti mempunyai
keinginan
Walaupun permata menjadi angan.
Lubsel
2018
MENUNGGUMU DI PANTAI
Kini aku menunggu di antara janji-janji
Tak bisa pulang karena harus
ditepati
Ingin pulang tapi, takut di cari
Apa lagi dusta sudah di catat dosa
Meihat ombak yang kejar mengejar
Suaranya terdengar
Menyapa selamat datang kepada
orang-orang sekitar
Yang duduk di bibir pantai
Di bibir pantai karang-karang
terkapar
Terbawa gelombang dan arus yang
menghantam
Timbul harapan
Semoga saja nasibku tak sejajar
Cemara teguh cipataanNya
Langit membiru dengan keluasannya
Angin bergemuruh atas kehendakNya
Samudera luas dengan warnanya
Inilah pantai penuh pesona
Menarik para pemuda yang ada di
rumah
Untuk menikmati karya tuhan yang
indah
Ingin rasanya terbang mengitari
pantai
Bersama pujaan hati yang di
tunggu-tunggu mulai tadi
Agar terasa dingin dan tenang hati
ini
Ketika ia datang menghampiri
Membawa sebuah janji yang harus
ditepati.
Lubsel 2018
MUSIK HUJAN
Padamu aku termangu dalam alunan
rindu
Memasak sebijih harapan yang jauh di
pandang
Ketika bau parfummu tak lagi
menyengat
Di tubuh yang terpikat.
Mengisi malam dalam dekapan bayang
Teringat musik hujan yang kian
berdendang
Memanggil rindu pada seseorang
Di jarak yang memanjang.
Dingin yang menggigili penantian
Merangkul banyak harapan
Melantunkan dengan kalimat tuhan
Agar musik rindu segera dihilangkan
Pada angin yang menderu di sudut
lisan.
Yang jauh mari mendekat
Yang dekat mari merapat
Agar tak teringat jika kaupergi dari
pandangan yang menatap
Di
tempat kita menyaksikan awan pekat
Pada musik hujan yang tak sempat
kita dapat.
19-Januari-2019
SEBUAH TANGIS
/1/
Bila luka mendidih
Mengalirlah air yang pedih
Dari sekuntum bunga melati
Yang di tinggal pergi.
Meratapi bayang-bayang adalah caraku
Selagi luka masih tertuang di tubuh
Di antara perihal ber batu.
Saat kutahu sejak dulu
Tak mau lagi mengingat namamu
Dan tak mau lagi mencari jejak
Biarlah sajak yang mencari
Ketika kau beranjak dari hati.
Menjadi tangis
Adalah diriku yang ditinggal ibu ke
pasar minggu
Kehausan ASI dan belaian tangan ibu
Adalah kebutuhan seorang anak
Dari pada orang lain, lalu datang
Menginjak-injak sampai air mata
terasa asin
Tak memerlukan tangisan
Lalu membuang tanpa belas kasihan
Ketika aku tak lagi dibutuhkan.
Sungguh pedih sebenarnya
Walaupun hanya sebatas air mata
Tetapi, sakitnya berlipat ganda
Menandingi dari luka yang berdara.
/2/
Di sore hari aku duduk di beranda
rumah
Sambil melihat perihal jendela kaca
yang pecah
Berkeping-keping dan tajam
pecahannya
Ketika aku mengingat semua seperti
belahan diriku
Yang pecah,dan tak lagi memelihara
cinta.
Senja kembali tempuruk ke
peraduannya
Memanggil malam yang terhias bintang
Menghapus embun di kelopak mata
Yang seringkali jatu di dada
Menerangi hari yang sempat gelap
Dari karang menusuk hingga urat nadi
pasrah
Terbelah menjadi dua.
2018
Kehendak Doa
Apa yang kau lakukan tentang hari
yang akan datang semenjak kau pergi menuju jalan yang sempat kau tempuh tanpa
batu.jangan menyesal karena kita sudah ada yang mengatur,lebih baik jalani
jalan yang kau inginkan dari pada karang di lautan menusuk pada
nelayan.Sebentar lagi aku berpikir dari masalah masalah yang mengalir dan
suntuk di hilir.namun,air masih saja bersih dari bakteri yang pasti menetes di
kelopak melati,semoga saja begitu.harapan,cita cita sudah ada pada diri manusia
untuk mengapai sebuah bunga yang jarang di dapati semut yang tak mandi di
sungai doa.tanam-tanaman memberikan ke sejukan pada tubuh yang kerontang,sebab
cita-cita sepanjang jalan.
Annuqayah
2019
BESI KARAT
-Santri
Entahlah dari mana hasrat datang
untuk pergi
Padahal hari masih terang untuk
bersemayam
Di tempat yang jauh dari tusukan
ilalang.
Karang,jarum masih tak kupandang
Di masa yang akan mendatang
Yang penting sekarang hanyalah
kesenangan
Untuk hidup bersama ayat Tuhan.
Lubsel
2019
MATAHARI
Matahari bersinar setiap hari
Mencubit kulit-kulit tak bercat
Panas alasannya
Pusing penyakitnya
Matahari
Kering dengan cinta melahap pusing
Sepi di antara tawa
Merajut nama dengan hampa
Sementara luka terus menyiksa
Menganga dan sehingga menumpahkan
dara.
Annuqayah,
2019
KOPI PAGI
Selamat pagi ayah
Apa yang kau pahami tentang pagi
yang cahayanya berkilau di pipi?
Tentang embun yang menetas di daun
talas
Tentang mentari yang mengintip untuk
melihat kopi
Menghirup udara yang tiada batas
Adalah caramu ketika bangun tidur
setelah jendela terbuka lebar
Bahwa pagi mengahiri malam yang
bercumbu mimpi
Ketika perihal menjadi ilusi dan tak
sempat kau dapati
Walau setangkai bunga melati waktu
itu.
Apa yang kau pahami tentang kopi
yang terhidang di meja pagi
Tentang gula sebagai pemanis
Tentang lisong sebagai pelengkap
diantaranya.
Bisakah kau menikmatinya,ayah
Sebelum pagi pergi menjemput adegan
dari naskah tuhan
Yang dilakoni istri tersayang.
2018
ADA APA INI
;Dek Meri
Kuterkejut melihatnya
Setelah saudari hilang kesadaran
Di ganti mahluk lain
Mengamuk dengan keluasannya
Berteriak sekeras-kerasnya
Membebani pada diri selaku santri
Yang tak tahu apa dari tadi
Ada apa ini
Sebelumnya masih sedingin pagi
Mandi dengan senyumnya nabi
Merias wajah yang paras purnama
Di kamar zulaikha
“Berkumpul akan ikut sama harum.”
Apa penyebabnya
Sampai marah-marah
Kayak orang gila.
Annuqayah
Lubsel 2019
BIARKAN
Biarkan pena berbicara
Meski tak lagi mengadu cinta
Mengadu rasa
Namun ia tetap ada bersama cita.
Bali
2018
CINTA DAN RINDU
Cinta dan rindu sudah menyatu
Asmara jadi kata-kata ?
Rindu jadi cinta
Semuanya terkumpul jadi rasa.
Anuqayahy
lubsel 2019
GERSANG
-Ibu-ibu di rumah
Sebelum bibir menarik ?
Suara berarak
Jangan sampai melipat dahi
Membakar hati dari padi tertinggal
filosofi
Melupakan jalan pulang atas sabar
dan senyum yang hilang.
Mata tak lagi memandang siapa dia
Memecahkan permata dari kelopak
cinta
Dari nafsu membakar altar yang
salah.
Akankah kita membuntutinya ?
Sebelum api benar-benar menjalar
Pada hati yang tertanam kayu
Pendamlah
Dikediaman bersalju
Agar gersang menggigil dihati tak
berbatu.
Annuqayah
2019
KEMARAU
Seperti kemarau
Tanah-tanah gersang
Terlentang setelah hujan
Membungkam dari waktu yang bermusim
Membidik daya rindu
Pada setapak ingatan memanjang kaku.
Annuqayah,
2018
KUTUNGGU
Pagi ini sepulang dari rumah suci
Rintihan hujan menarik hati
Tak terasa hempasan hujan membasahi
baju dan peci
Namun harapan merenggutku dari terik
matahari
Sebab,kopi menanti di waktu pagi
Bukan mencari polusi di siang hari
Sebab, sekali lagi menunggu adalah
cara ampuh untuk menyatu
Pada kopi yang serasa ampuh menghapus
ambigu
Waktu pagi di gubuk yang sunyi
Memandang ingatan yang tak lagi basi
Dari kelopak mata menjadi arti puisi
Dengan segelas kopi yang mendidih
Menarik hati untuk menunggu waktu
pagi kembali.
Annuqayah 2018
MENARIK SENYUM
Malam-malam begini
Suara-suara memainkan hati
Dari api yang ber harum melati
Di telinga seorang istri.
Pagi-pagi begini
Petani-petani membawa cangkul ke
tanah berpadi
Untuk mencari alasan berpoligami
Agar visi tak terpendam disrikandi.
Siang-siang begini
Matahari mencubit kepala-
hingga ke kaki
Ingin berteduh pada bilik yang
berpenghuni sendiri
Sebab istri sibuk dengan
pekerjaannya sendiri
Tak puas melayani.
Sore-sore begini
Angin-angin membawa dingin hati
Dari belaian seorang istri
Yang menjadi penghangat kopi
Ketika terhidang di meja pagi.
Annuqayah
2019
SEMAK DIKSI
Diam dalam gua
Dalam kamar berkisah
Pasti butuh waktu mewujudkan impian
Dari angan yang seluas lautan.
Sesekali masuk sudah pasti tenggelam
di permukaan.
Bukan dalamnya samudera
Yang membuatku tenggelam
Tetapi diksi yang membuatnya hilang
di balik pasang.
Yang basi mari di benahi
Karna waktu telah mengabdi untuk
mewujudkan mimpi
Meski matahari tak lagi memberikan
kesejukan
Pada tubuh yang runcing
Membuat kepala semakin pusing
kehilangan anting
Namun, semuanya penting
Dari pada kotoran kucing.
Annuqayah 2018
SETAJAM DOA IBU
jika waktu mengaduh untuk mewujudkan
benih
mari kita benahi proses membuat
puisi
dari imajenasi,hasrat mulai mengabdi
akan tetapi ilusi tak pernah pasti
dari lambaian tanganmu yang bermakna
rindu
dan memanggil sahdu pada malam kita
bertemu
ketika jarak tak menentu
salam sapapun tak redup
jika lentera mengambang dipintu
ingatan
bersama bayangan yang takkan hilang
diterjang badai
mungkin doa yang menghancurkan
masalah
dari usaha,bodoh bisa pecah
aku harap doa setajam ucapan ibu
dan sebening air mata sahwiya
yang takpernah mengeluh jika aku tak
mencuci baju
padahal aku bisa mengukur pintu
lewat gemuruh, yang tak bisa
melakukan lewat tenaga
tetapi,hanya bisa lewat perintah.
Lubsel 2018
ALUN KOTA
Sepulang dari kewajiban
Niat-niat menjuntai kepermukaan
Melintasi jalan berasap hitam
Dari kaki rindu menjadi puisi.
Dihadapan bunga-bunga terjaga
Dari hama-hama yang mencium surga
Menarik ingin memetik kelopak daun
Menaruh pada alun-alun kota.
Berbicara dengan puisi
Menaruh imaji
Dengan diksi-diksi terpilih
Pada larik pagi.
Kota
sumenep 16 maret 2019
GELOMBANG RASA
Lampu-lampu sudah menyala
Di taman-taman kota
Mengenai wajah senyum
Mewarnai kulit yang hitam.
Berdiri tegak dengan warna biru
Bergelombang ketika digoncang
Menyisakan buih-buih putih
Diantara botol yang terisi.
Akankah orang-orang menyandangkan
sajadah
Ketika rumah tuhan menggema di tepi
jalan
Menggoncangkan niat
Melepas pengikat malas
Pada tubuh yang kaku untuk menuju.
Marilah baca ayat-ayat tuhan
Hingga kenikmatan sudah terasa
Bahwa tuhan ada sebagai mana biasa
Yang tertera dikitab-kitab manusia.
Taman
kota, sore 16 maret 2019
MEMANAH MENDUNG
Di sana orang-orang ceria dengan
cerita
Saling tukar-menukar canda pada
setapak mesra
Memanah mendung pada lagu burung
Berkicau tanpa ada rasa tersinggung.
Memetik bunga-bunga yang layu
Dari beban hujan sempat mendekap
Di kaki luka yang melingkari sudut
kota
Pada setumpuk kawan rahma.
Bersyukurlah dengan sebanyak tanah
Menerima hujan tanpa rasa marah
Kelak dibalik hujan pasti ada yang
lebih berarti
Dari perih memanjang tanpa bintang
bersinar.
Taman
baru sumenep 17 maret 2019
TAPAK SENJA
Siapa yang pernah menghitung daun
Diatas kepala yang ranum
Membiru dengan sejuk
Menerpa pada tubuh terkantuk.
Memotret dengan gaya karet
Membengkukkan badan
Pada objek yang biru
Ternama bahwa segalanya akan tertuju
Jika air mengalir pada tubuh.
Sore memberi angin perawan
Dimana simpang jalan yang tertuang
senja
Menembuskan irama-irama cinta
Di kediaman taman bunga.
Tak ada yang tersisa disore ini
Melainkan kenangan yang telah
dilewati
Pada waktu yang berganti
Di musim senja yang telah kami
tapaki.
Taman
baru, Sumenep 16-03-2019
TINGKAT WAJAH
Siapa kira aku hidup sendiri
Tak punya tujuan pasti
Datang menghampiri kota tua
Menulis sebuah janji pada adi pura
Mengambil yang nyata
Dari keluh kesah yang melanda
Membuat nafas ter engah-engah
Pada kaki berziara.
Cat-cat sudah menjadi lukisan wajah
Berkereasi dengan sebuah cita-cita
Yang ingin merih permata
Di sepanjang jalan berbatu.
Menjadi gadis cantik
Ketika proses memberi napas
Di tubuh seorang bayi
Tanpa melintas ketangga yang jauh.
Itulah proses
Yang menaiki wajah-wajah senja.
Taman
baru 16 maret 2019
PERMATA MALAM
Entah pada tahun keberapa aku
menulis kata cinta
Pada hasrat yang membara memeluk
nama
Jika aku dan dia sama-sama cinta
memulai rasa:cinta yang tiada tara
Pada altar menanam nada
Aku dilanda cinta
Sejak tadi aku mengucapkan kata dan
nama
Yang kau batasi dengan tabir pasrah
Meski kau jauh dari kelopak mata
Namun rasa tetap ada dalam dekapan jiwa
Menjadi fajar adalah cara ampuh
menghapus suram
Dari gelapnya malam
Walau hati tenggelam bersama petang
Namun akan kukejar setinggi bintang
Meski bintang dilaut yang suram.
Lubsel 2018
GERIMIS PAGI
Kudekap angan yang menjelma bintang
Diamnya tenggelam dalam khayalan
pejam
Namun terlukis lentera dari perihal
yang berupa bayangan
:mimpi
Harapan kembali dingin menyejukkan
hati
Dikala ucapan mulai pasti disejuknya
embun pagi
Menghaturkan puisi pada gerimis pagi
Namun api merenggut mimpi dengan
perawi yang tak pasti
Dan berduri disenja hari
Yang berarti ilusi tak sebayan puisi
yang hadirnya menjadi imajenasi
Pada situasi dan kondisi
Aku tak seindah langit yang menebar
permata
Namun kesetiaan menghapus air mata
Dari gelisah menjadi senja
Dari pergi menjadi berarti
“Padahal pergi bukan harus berpisah
Namun ia merangkai permata diatas cinta.”
Annuqayah-Lubsel
2018
HASRAT RINDU
Dari getaran tanganmu
Hasrat bangkit dari senggangnya waktu
Untuk melaju secepat gemuruh
Sekali lalu aku berteduh di gubuk hatimu
Meski mata tak lagi mengadu
Sebab,rindu mulai mengambang dipintu
Menjadi hafalan ba’da subuh
Yang tak lupa pada waktu dulu
Aku senang jika lentera datang dipetangnya malam
Dari karang yang berpagut dibadan
Serasa beban mulai tenggelam
Jika ada senja yang hadirnya tak kunjung padam.
Annuqayah
2018
AKU INGIN
K.Halimi Ishom
Aku ingin berbicara pada angin
tentang kehidupan yang penting
Karena angin mengeluarkan tiupan
tanpa kasat mata
Tak bisa diraba dan hanya bisa
dirasa
Itupun sangat rahasia?
Menyampaikannya lewat dedaunan yang
melambai-lambai
Untuk melupakan kekesalan dan
meninggikan kesenangan,
Sementara detak jam perlahan
menggema
Membangunkan malam di pembaringan
Dan akupun masih kehausan atas
tuturannya
Yang membawa perubahan akan
kehidupan selanjutnya.
Aku ingin bertutur lagi dengan angin
Dalam mimpi yang akan datang
Untuk
Meminta ilmu yang ber barokah
Dengan peristiwa yang sama
Dengan tujuan yang sama
Karena kehidupan esok
Akan terbaca sekarang
Ketika aku memilih jalan yang benar
Tanpa halangan dan rintangan yang
menghantam kehidupan.
Lubsel
2018
MELEPAS AIR
MATA
Tahukah engkau
dari mana asal air mata?
Air mata lahir
dari tetesan masalah.
Setelah harapan
hancur di tengah jalan,
Beban menunggangi
pikiran.
Berselimut
resah berbantal gundah,
Selalu datang
air mata.
Detak jam
memanggil air mata,
Berdoa yang
tiada lelah.
Meski tak dapat
dikabulkan,
Ia masih saja
melantunkan.
Kehidupan akan
berubah,
Ketika usaha
mendekap doa.
Lubsel 2019
BUDAY AD* adalah nama pena dari Budi Yanto Lahir di Pulau Tonduk Ra’as Alumni Mts
Nurul Jadid sekarang tinggal di PP.Annuqayah
Lubangsa Selatan (Padepokan C03R), bergiat di Sanggar
Basmalah, Mangsen Puisi, Lesehan Sastra Annuqayah (LSA), dan kuliah di INSTIKA ,puisi-puisinya nangkring di Koran
Madura (Pendidikan) Malang Post, Rakyat Sumbar
serta puisinya terantologi di Luapan Emosi (Kosana
Publisher 2019), Rahasia Rasa (Kosana
Publisher 2019), dan juara 1 lomba cipta puisi se SMK
Annuqayah, juara 3 lomba cipta puisi pekan maulidia(Annuqayah LS), juara 3
lomba cipta puisi pekan 17 Agustus (Annuqayah LS).
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313