Puisi-puisi : S. Ratman Suras
TAMBORA
kami eja namamu kembali dari kamar sumpek
empat kali empat, delapan nyawa
berhimpitan udara pengap
bersama denting nasib dan cericit
tikus got yang gemuk dan kotor
ada puluhan, ratusan, ribuan kami
di sini tak jauh dari gorong-gorong limbahmu cuma sekilan dua kilan
kami bukan tak peduli selembar demi selembar rupiah limbah bikin sampah
dengus nafasmu makin tak ramah
kami menumpuk garis anak-anak di sini
dalam lipatan harapan
sepanjang lorong sepanjang celah
yang sempit dan pengap tetap kusemprotkan semangat
bukan tak ada lagi tempat, sampai langit pucat menatap
kami gari hari-'hari biar kami leluasa berlari
lihat pantulan keringat kami lengket dalam kaca-kaca apartemen keren
tapi waktu ini sepertinya bukan untuk kami
melarat tetap tercekat sampai leher kami lengket
jakun kami cuma bisa naik turun
ngungun mengenang getir jalan kami cintamu teruslah berderap, sementara kami tiarap
bersama tikus got gemuk dan kotor
seperti hidup sendiri, kau wangi
kami cuma bisa menerawang tinggi ke awang-awang
potret- potret lah kami dengan kamera mega cepat
lalu pajang nasib kami di laman media sosial biar viral, lalu apa untungnya buat kami,
kau jual detak jantung kami
yang sekarat
kau tikam paru-paru kami yang berlubang
oleh bintik-bintik cinta atas nama kota
duh, oh, kepala otak kami
kam tak pernah mimpi tentang taman
kota yang nyaman
sebab kami tidur seperti berdiri
berhimpitan menjerit
bersama caricit tikus got gemuk dan kotor
sampai jiwa kami-kami ini tolol
direnggut dengus nafasmu yang tohor
Tanjung Anom 2020
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313