maut mengejar mereka tertawa
dan
pada jam yang berdetak
kami terperangkap
bagai gumpalan-gumpalan abu
memenuhi cakrawala
rahwana menghujam binasa
burung kondor menunggu hidangan pembuka
manusia-manusia tersadai
dalam asap mengepul
api menghujam rasa
“pantang larang dilanggar, adat resam kini tenggelam, pendatang menghadang, kami meradang! Jerebu menyerbu, awan biru kelabu, ladang gersang kami terpanggang!”
perlahan tapi pasti
nyanyian maut mengintip
sebalik pohon-pohon yang kehilangan pijakan
dedaunan lebur dihisap angin
anak-anak menghirup udara
tanpa tahu jerat Izrail semakin mendekat
berita pagi dan secangkir espresso
pahit mencekik
mengabarkan kota yang nyaris musnah
“toke dari kerajaan seberang bermata sipit mencari lahan,mengeruk alam, menghisap darah hingga ke akar, drama apa lagi yang hendak ditampilkan? mereka melenggang pulang ke negara asal,tinggalkan bara yang terpendam jerebu menghantam!”
hutan habis kikis
aduhai naseb
anak watan meringis
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313