PUISI MINTARSIH MIMIN
PUISI 1
SETIAP TAK INGIN KUINGAT NAMA JALAN ITU
Setiap tak ingin kuingat nama jalan itu jeans belel biru merayu lagi
mata letihku terbang ke awan dan asap cerutu menghitamkan manuskrip.
di remang pojok sofa; kini tak lagi mengecap telur dadar dan mangga.
melunasi hidup pada angin yang sungsang, pada bait-bait yang belum usai
kelok jalan itu jurang , tapi tetap menawarkan keindahan dan setiap tak ingin
kuingat nama jalan itu aku dipinang, melingkarlah cincin berlian di jari manis,
siapa tak tergoda? orang-orang tak mencatat kabar bahagia,
” inilah sayur tawar tanpa garam itu!”
jalan itu sarat propaganda, iklan-iklan digadaikan meskipun dengan harga
dibanting. Oh, sungguh malang, penari memainkan irama lunglai. Aku luka
aroma khas bajigur barat. tangan-tangan terlanjur kaku, mata dihimpit debu seribu
setiap tak ingin kuingat nama jalan itu, debu-debu kian beterbangan
angin laut lepas juga batu-batu Kotaagung dingin mengabari sanubariku
meredam kabut agar larut pada deras airnya sebab aku ingin segera pulang
tentang nama jalan itu biarlah pada nada fals. Aku ingin benar-benar pulang
Tubaba Lampung, Juni 2020
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313