"Sebagai orang yang pernah belajar sastra Indonesia di bangku kuliah, NTT, khususnya Flores, adalah enclave yang istimewa. Buku-buku ajar klasik Gorys Keraf, novel-novel awal Gerson Poyk, esai-esai dan telaah sastra (dan ilmu sosial) Ignas Kleden dan Dami N. Toda, tapi terutama buku-buku terbitan Nusa Indah, tak terpisahkan bagi masa-masa awal perkuliahan. Karena itu, ketika belakangan menjadi saksi menggeliatnya kesusastraan Indonesia paling kiwari dan mendapati bahwa Indonesia Timur, terkhusus NTT, menjadi bagian pentingnya, saya menjadi salah satu orang yang paling berbahagia. Membaca puisi Mario Lawi, cerpen-cerpen Dicky Senda, juga cerita-cerita Felix Nesi, adalah pengalaman yang sedikit nostalgik tapi juga menyiratkan harapan yang menggembirakan di masa depan--sebab rata-rata mereka semua masih sangat muda. Hans Hayon, dengan kumpulan esainya ini, saya kira akan jadi puzzle penting lain yang akan berharga melengkapi peta NTT dalam lanskap kebudayaan literer Indonesia di era mendatang."
(Mahfud Ikhwan, sastrawan)
Mencari yang Pintang, Menugur yang Terguncang: Sehimpun Esai tentang Religiositas, Kuasa, dan Seni
Hans Hayon
Rua Aksara
60.000
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313