Pemenang
Tuan malam itu
Bibirmu begitu dingin
Menyembur garam udang rebon
Manisan kata pada sejumput seloka
Kenapa kau ambil angin Gunung jati
Bila ingin bekukan kupunya hati
Cukuplah kau sapukan ombak ketubuhku
Rasa garam lebih menyiksa
Tuan malam itu
Pantai berkabung mendukung keranda kesendirian
Katamu menujah lebih dalam dari duri cinta, tika
Di bawah purnama pantai
Sebagai kail penjerat hati
Aku ditampakan kusutnya benang-benang pancing
Dulu terjulur lebihi panjangnya angan
Malam itu kaubiarkan tak tergulung tersapu angin tiba membadai
Porandakan semua siloka harapan
Mengapa kau garami luka sayat
Bila dulu berguru pada petapa
Menjahit kepingan jiwaku di tangan lain
Pada akhirnya berulang kau rapuh, tuan
Tak mampu mendaki tebing
Tak bisa arungi gelombang
Pelita di tanganmu padam selagi arungi bimbang
Tuan malam itu
Engkau yang jatuh dalam petakaku
Berharap melihat guliran air mata
Namun
Segulung senyum kusajikan
Sebenar-benar kusaksikan padamnya lentera matamu
Yang kusiram jarak* begitu banyak
Sampai api bertuliskan kata rela menjulang ke langit tinggi
Malam itu siapa entah
Pelari yang mengakhiri lompatan di garis akhir
Pastinya udang dibibirmu menjelma piala kebebasan langkahku
Cirebon, 17042021
*Jarak=minyak
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313