Kringg....
Bunyi jam alarmku menunjukan pukul 06:00 pagi aku langsung bangkit dari tidurku menuju kamar mandi dan bersiap siap pergi ke sekolah dan tidak lupa juga untuk sarapan apa adanya
Aku ingin berpamitan namun kedua orang tuaku masih tertidur pulas terlihat jelas dari mimik wajah mereka yang kelelahan akibat bekerja terlalu keras ahir ahir ini
hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari
Tak tega aku membangunkanya jadi kuputuskan berangkat sekolah tanpa berpamitan aku ambil kontak sepeda motorku matic berwarna hijau , ya sepeda motor ini diperoleh ayahku disaat dia berjasa membantu proyek seseorang yang berhasil sebagai hadiahnya
Alat transportasi inilah satu-satunya untuk aku menuntut ilmu di sekolah.
Aku bersekolah di madrasah Aliyah yang jauhnya 5 km dari rumahku tak jarang aku selalu terjebak dalam kemacetan dan kadang mengalami ban sepedaku bocor yang mengakibatkan aku selalu terlambat masuk kelas
Semua ini aku lakukan hanya untuk masuk kedalam kelas,duduk dibangku yang sama, bertemu dengan teman teman yang sama ,belajar teori teori yang entah apa berfungsi atau tidak didunia nyata, memahami rumus rumus yang entah untuk apa di masa depanku dan menghafalkan definisi ini itu yang akan terlupakan sehari kemudian
Meskipun begitu aku tetap bertahan dengan semua hal itu ,
Tetap melakukan yang terbaik untuk masa depanku
Aku hanya ingin membuat orangtuaku bangga , itu saja.
Ya, meski aku tahu "orangtua tidak butuh anak yang berprestasi ya mungkin itu bisa membuat mereka senang tapi yang mereka butuhkan adalah anak yang berbakti"
Apalagi di sekolah aku bukanlah murid terpintar di kelas meskipun begitu aku menikmati mata mata pelajaran di sekolah,mencoba mengerjakan soal soal yang diberikan oleh guru dengan sangat teliti,menantang carku berpikir meskipun tak semua soal jawaban itu ku jawab dengan benar ,but what's the harm in trying? Begitu pikirku.
Aku yakin separuh wajah mimpiku bersembunyi dibalik mata pelajaran di sekolah.
Masa sulit itu telah tiba ada konflik dalam keluarga yang mengharuskan orang tuaku berpisah apalagi ayahku terkena PHK yang membuatnya frustasi karena menganggur dan disaat itu pula aku membutuhkan dana sebesar Rp1.200.00 untuk membayar tunjangan spp yang sudah menunggak 12 bulan dan biaya ujian bila aku tidak dapat melunasi spp itu tidak dapat ujian kelulusanku disaat itulah aku berpikir
"Mengapa pendidikan Indonesia begini banget?
Disaat ada ujian mendatang bukanya para murid disuruh belajar dengan tekun malah disuruh melunasi pembayaran spp yang mengakibatkan seorang murid dari kalangan ekonomi rendah menjadi stres memikirkan pembayaran itu termasuk aku!" Proses belajarku selama bertahun-tahun divalidasi oleh satu ujian yang hanya dilaksanakan beberapa hari tak mempresentasikan bertahun tahun yang aku habiskan dibangku sekolah
Gagal dihari itu , gagal pula tahun tahun yang aku perjuangkan untuk belajar.
Jadi aku mencoba memutar otak mencari solusi untuk menyelesaikan masalah itu aku terus berpikir 2 kali
"Apakah aku harus menjual alat transportasi satu satunya itu? Untuk bisa membayar spp sekolah dan masalah untuk pulang pergi sekolah mungkin aku bisa mencari teman yang rumahnya tidak jauh dari rumahku dan aku menumpang di rumahnya untuk beberapa hari kedepan sampai ujian selesai.
Jadi kuberanikan diriku untuk menyampaikan pendapatku itu ke ayahku
"Yah maaf sebelumnya aku punya usul mungkin kita bisa menjual motor matic itu untuk membayar keperluan spp sekolahku"
"Lah, jika motor satu satunya itu kamu jual,kamu gimana pergi ke sekolah?"
"Kalau masalah itu aku sudah merencanakanya pak ,aku sudah ada tempat tinggal sementara aku punya teman yang rumahnya tidak jauh dari sekolahku dan sudah diperbolehkan orang tuanya juga sudah setuju"
"Ohh jadi begitu, kalau menurut ayah
Ya jual saja ,tidak masalah buat bayar keperluan sekolah kamu, dan kamu tidak usah khawatir masalah tidak punya motor semua barang ada pabriknya
“Nanti kalau ada rezeki kita beli yang baru, maafin ayah y nak"
Perkataan terakhir ayahku itu membuatku mendung mengakibatkan air mataku keluar tanpa sadar aku ingin menangis namun aku tidak bisa dalam hati pun aku bergerumu "aku pasti akan membuatmu bangga ya".
“Aku berjanji akan hal itu”
Memang sebelum itu aku sudah bertemu dengan temanku yang rumahnya ingin aku tumpangi dia bernama Gustaz aku dengannya tidak begitu akrab hanya saja dia pernah 1 kelas denganku saat kelas 10 aliyah sering juga aku mengobrol dengannya pada saat sekelas.
Selama aku di rumahnya aku mencoba meringankan beban pekerjaan rumah orang tuanya seperti membantu mencuci piring atau lain sebagainya disamping itu aku sudah mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga warung meski bayarannya hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Namun saat ini bukanlah uang yang aku kejar aku tidak ingin diperbudak oleh uang , aku niatkan semua ini aku sedang mencari ilmu, aku belajar banyak hal disaat bekerja sebagai penjaga warung seperti bagaimana caranya melayani pelanggan, memasak dan lain sebagainya,Aku senang bisa punya banyak pengalaman.
Selang seminggu sepeda motorku yang aku posting di internet ada yang ingin membeli dengan harga lebih dari uang yang aku butuhkan. Jadi aku berhasil melunasi semua tunggakan pembayaran dan sisanya kuberikan kepada ayahku untuk keperluan sehari-harinya.
Tak terasa 10 hari telah berlalu masa masa ujianku di sekolah sudah selesai.
Aku tidak pernah berpikir untuk ingin menjadi apa setelah aku lulus,tapi aku tidak pernah bermimpi untuk terus belajar belajar dan menulis mungkin dengan menulis aku bisa jadi apa saja.
Kita tidak pernah tahu dengan alur kehidupan yang misterius ini biarkanlah waktu yang menjawab dan dengarkanlah kata mengucap hidup tak semudah kau kira kau harus berlari mengejarnya.
Jadi aku berpamitan untuk pulang kepada temanku dan orang tuanya
"Terimakasih ya bro udah mau nampung dan nolong gw"
"Santai aja jal g masalah kok , lo sukses terus ya"
"Amin gus, lo juga ya"
"Nanti sewaktu waktu kalau ada waktu sering sering main kesini ya"
"Siap kok bu, makasih bu dan maaf bila selama ini aku disini merepotkan kalian "
Kugendong tas di pundakku mencium telapak tangan kedua orang tua Gustaz, dan kulihat Gustas sudah didepan rumah sudah menyalahkan motornya yang sudah siap mengantarku untuk pulang.
Aku pulang bukan untuk bermalas malasan melainkan aku pulang untuk melatih dan meningkatkan skill menulis.
Aku pulang berusaha mengejar mimpiku meski pada akhirnya setiap orang punya prioritas berbeda dan kebutuhan berbeda dan setiap orang punya cerita berbeda menuju kesuksesan
Aku akan terus bermimpi
selagi aku bisa
kan kugapai semua keinginan ini
aku tak akan pernah tahu apa yang terjadi tapi aku yakin bahwa semua ini tak akan pernah sia sia.
Kutanamkan Semangat di dalam diri
Perjalanan ini belum berakhir tak akan kubiarkan badai menghadang untuk menjalani semua rintangan yang selalu datang disetiap waktu
Tidak lupa pula aku akan kebaikan orang orang yang pernah menolongku
Hari ini mungkin aku belum bisa membalasnya namun suatu saat nanti aku yakin itu.
____________________
*Ahmad Jalu Khoirudin
Kelahiran 29 Desember 2002 yang biasanya dipanggil sebutan L oleh teman temannya. Bercita cita ingin menjadi penulis semenjak dia sering mengeluh akan kehidupannya dan menulis keluhannya di buku diarynya.
On in social media: Fb: @jaluusseles
"just an introvert who really hates crowds"
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313