Rengekan ayam kembali terekam
Bangunkan bunga tidur semalam
Mata bengkak berjalan
Menuju sumur berderik di sudut ruangan
Klucur klucur klucur
Air suci membuncah
Mencair di segala wajah
Perlahan menetes
Tersapu angin
Setengah telu beranak di peraduan
Permadani membentang membentuk kesatuan
Jiwa membungkuk menggapai binar-binar berlian
Di atas seember decitan pelepuh jiwa
Air hujan tumpah
Ada jiwa yang mati, namun ingin bernapas kembali
Hidup di bumi memberi arti, meski lewat spasi
Senyum mengulum sendu, mazmur cinta bersimbah peluh, lalu menggerutu
"Andai aku Amoeba, aku akan membelah diri. Bersinggah di darat dan di laut. Ketika di darat, aku akan membangun jaringan fagositosis di puncak nirwana dan memasungnya di gerai-gerai vakuola. Agar kelak tapak asto melumut jika ruh mulai gabut berkabut.
Dan ketika di laut, sampan kukayuh tanpa ampun. Menyisir getar ombak terkungkung ranum. Jala berkaki harpun kan terbenam luas memukat ikan-ikan liar dari segala tepas ."
Terdiam; raga bersungkem
Mata telanjang mengundang gerimis
Bunyi harpa terdengar melengking
Senar-senarnya menegang
Terlihat gadis menikam awan, lalu memungut hujan
Dan di akhir pertikaian, ia petik syair dari lagu mutakhir
Tenang, lengang, tentram
Pasuruan, 22 Februari 2022
Nur Inda Sutriya, dara yang terlahir di Pasuruan pada tanggal 08 Nopember 1991. Suka menulis puisi jika hati dan pikiran seirama. Mulai menekuni puisi sejak tahun 2021. Untuk membekali menulisnya, dia mengikuti kelas online puisi (KPO 32) dengan di mentori Muhamad Asqalani Eneste. Saat ini dia tergabung dengan Communitas Pena Terbang Indonesia (COMPETER). Beberapa karya puisinya pernah dimuat di media online, seperti Dermaga Sastra dan Riau Sastra.
Jika ingin berbincang-bincang boleh tuh, japri lewat jalur wa di nomor 081331659317
Fb Nur Indah
IG nurindahsutriyah
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313