Api Unggun Di Kundang Wetan
Angin malam berkecemuk di pantai Kundang wetan
Air perlahan berjatuhan ke perut bumi.
Api unggun mulai menyala menghangatkan suasana gigil.
Malam masih gelap dengan mendung yang menghitam.
Para peserta camping bersenang-senang
Dalam kesedihan
Api unggun berkobar terbakarnya butir butir garam.
Lantunan sholawat berdendang,menggetarkan pantai kundang wetan,
Air langit perlahan hilang sebab sebuah keajaiban.
Api terus melalap kayu, hatiku terbakar oleh api cemburu.
Menghanguskan kenangan masa kelam,
Tenggelem bersama larutnya malam.
Rasaku hambar karena tak kunjung tercetuskan pada
Sang pujaan.
Bulan ditutupi mendung yang menghitam
Buat suasana di kundang wetan mencekam.
Labirin telah dituangkan pada secuil pena hamparan.
Oh Kundang wetan ku eja setiap hembusan nafasmu dalam lautan samudera, diabadikan oleh senja tak kunjung sempurna oleh bulan purnama.
Berkobar semangat membara desiran angin menusuk tulang sumsumku habiskan semangat namun, tidak mudah terpikat oleh kata tak bermartabat, paras tubuhmu melekat dalam Fikiranku,
Buatku tersenyum dipintu harapan.
Oh Kundang wetan ada hasrat yang tak tersampaikan
Karena faktor ketidak pekaan.
Menghunus waktu di akhir pekan.
Menjadikan langit tak terpisahkan oleh mendung yang hitam.
Kundang Wetan, 13 Februari 2022
Ach Zainuddin pria kelahiran kota Sumenep ini mencintai aksara seperti kelopak sakura karyanya sudah di muat di beberapa antologi puisi, pernah juara 1 cipta puisi tingkat nasional yang diselenggarakan oleh CV safanamedialoka. Sekarang aktif Di kelas menulis hari puisi Indonesia, juga aktif di organisasi LPM Retorika STKIP PGRI Sumenep, dan sanggar bintang sembilan. untuk akun sosmed nya bisa di ikuti.
Facebook : Ach Zainuddin
Instagram :zlewen_art
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313