Si penyair buruk
"Kau bukan penyair ratu melainkan babu"
Kecaman itu perlahan mengoyak relung hatimu
Sedang sakit nya menghunus di tiap daging yang bercumbu pada tulang rentang mu
Namun juang tak terkikis melainkan meradang
Dan menerjang
Lalu kau mengambil pena lusuh kemudian menulis
Bait-bait puisi di atas secarik kertas
"The railway bridge of silvery Tay" itulah judul puisi mu yang kau tenun di ketiak senja yang mulai menyingsing di jembatan itu.
Namun, kau merenung dan memungut luka di tiap sajak yang kau tuang di alun-alun kertas mu hingga kau berseru
"Aku penyair terburuk di dunia!!"
Perlahan air mata menitik sedang luka mencabik di setiap hembusan nafas. Hingga gigil menyalak di tubuh yang kerontang dan sajak-sajak berserakan di ujung kepala penuh uban.
Kritikus sastra menyalak di ujung Kota
Dan pentas mu di hina dunia
Lalu kau di lempar:
telur, sayuran, ikan, kentang, dan bahkan roti basi
namun kau tetap rampung kan puisi-puisi mu
Di panggung kota
Sebab dunia ingin kau jinakkan dengan pena
Sumenep, 1 Februari 2022
*Ilustrasi Tulisan ini terinspirasi dari sosok penyair "William McGonagall, Sang Penyair Terburuk Dunia",
Feri Aprillah lelaki kelahiran Sumenep Madura. Alumnus MA Nasy'atul Mutaallimin Gapura. Aktif di LPM_Retorika. Mahasiswa aktif di STKIP PGRI Sumenep.
No Wa: 087778246217
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313