I I. MADE SUANTHA
RETRET PUISI ( SUATU HARI ) DI BULAN JANUARI.
/1/
Burungburung selalu terjaga untuk menandai subuh
dengan kicauannya Dan fajar di ufuk
memuaikan dingin dalam hangat tubuhmu. Juga oleh cahaya yang menyembul
dari kaki langit yang datar
- Kau berbagi cerita dengan malam
tentang lelap yang tergadai oleh mimpi
Bangun dan mabuklah untuk berjalan -
Lalu di setiap jerajak, kata sandi itu diterjemahkan
sebagai isyarat: Arah yang di babar oleh tatapan
serupa rasi bintang dan bulan sabit
Atau haluan jukung yang menyusur deras arus
dalam detakan jantungku!
Untuk menemumu dalam suluk hening!
/2/
Aku telah menulis dalam lukisanmu, airmatamu yang bening
mengalir jauh dan bermuara dalam uluhatiku
Dan kau berlabuh
pada cintaku yang tulus!
Lalu Engkau menerjemahkan batu yang melukis sunyi
di setiap ricik air. Sungai membentuk jurang
curam di setiap perjalananku. Serupa noktah
nektar itu membias
tanpa dasardi ceruk telempap tanganmu!
Nampak burungburung menyempurnakan langit dengan ketinggian
kabut yang menebal di kaki langit
- Di mana kau peram mimpiku -
Terpesona geliat pohonan karena desiran angin
melindapkan sinar bulan kekedalamannya
- Aku melarutkan diri dalamdalam ke alunan nyanyianmu -
/3/
Tanah akan memberikan jawaban atas pertanyaan heningmu
setelah bulan berlalu saat bangunku
Membangunkanmu ke dalam perjalanan ini
Hingga terjaga tidak kemana kaki kulangkahkan
- Bangunlah dari kata kata terkutuk -
Bulan mengapungkan sunyi dan dingin malam hari
Hingga padamu muncul
tetesan embun menjadi mataair dalam airmata dukamu!
Dan rerumputan masih setia menerima jejak
setiap pejalan yang mabuk merebut mata angin
( Arah yang selalu berubah pada setiap penjuru )
Aku dalam lukamu, sempurna pada rasa perih itu!
/4/
Burung dan kupukupu terburai masingmasing dalam kebiruan langit
juga aroma bunga bunga
menjadi bayangan yang mabuk
pada kedalaman kalbuku
:"Jadilah madu pada setiap sulinganmu
o,keindahan. Perjamuan sederhana dirayakan
sebuah sukacita yang dituliskan dalam lukisan dukacita".
O lautan jiwamu, aku melautkan diri. Membaca gerak arus
dalam relung krang terumbu Hingga melabuhkan segalanya
pada dermaga yang tak berduka
Kemudian senyap terbaca di setiap rasi bintang
yang mengekalkan malam dengan dingin dan kerlip kunangkunang
muncul tenggelam di tebal mendung
: Kau, mewarnai jelaga dengan bening airmataku
juga melukis bulan terapung dalam kesiur jangkrik
dibawanya malam
melarungkan embun yang bergelinjang
pada setiap daun
dan memekarkan pagihari!
/5/
Kaukah, melajukan jukung itu. Menerka alun dalam gelinjang gelombang
Camar yang mengabur bersama warna fajar
hingga tercatat di kabut
muaian airmatamu. Menebal dan perlahan menetes
menjadi bah dukacitaku!
Sunyi itu seperti geliat pohonan dalam desauan angin
sempurna menanam jejak pada kenangan.
Kaukah menyembunyikan bulan di haruman bungabunga
dan malam menjadi cair di kilau sinarnya
: Maka kau mulailah menguapkan dalam dingin demamku
seperti betapa beku batu itu
sampai menitikkan airmata
Sampai kupukupu menyempurnakan sunyi
di setiap warna bunga. Menjadi tafakur yang mawar
Harum bagi setiap pejalan. Hutan jasmani dan rokhani
berbentuk ruangan segi 9
dengan sembilan kaki seperti penjuru
menunjukkan selalu jalan untuk menemu!
Cahaya matahari dan remang kabut
di sela daun daun saat merindukan angin untuk menggeliat
memainkan bayang bayang
: Kaukah, menjadi bunga bagi bakal buah
yang ranum di setiap perjamuan kudusku!
Sipta Umadika, Singapadu Sukawati Gianyar, Januari, 2022.
Biodata:
I Made Suantha, lahir di Sanur, Denpasar, Bali.
Mulai menulis puisi sejak tahun 1984 dan sampai sekarang tetap belajar menulis puisi.
No WA 081805355625
Nama Facebook : I Made Suantha
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313