Lautmu mengombak
pada dada
Oleng perahu
oleh rindu dan benci
yang mengharu biru
Adalah kelapa sawit angka-angka jadi bara
Mengasap di langit Kalimantan
juga Sumatera
Pasar-pasar menjadi licin
seperti permainan anak-anak
sebentar ada lalu menghilang
Dan Mahakam
Dan Jembayan, dan Loa Haur, dan Kedang Pahu
Dan air yang mengalir
Tersedak
Pada ibu kota baru yang nyinyir
Mencoba membaca
bacaan-bacaan yang sulit dibaca
Garis pantai yang panjang
tapi mendatangkan rasa asin
dari negeri seberang
Tak tahu juga cara membaca kedelai
Bermasa-masa nasibnya terbengkalai
Kata-kata hanya hujan
basah
pada banyak alasan
Sebentar sorak kata
pada gedung berpunggung kura-kura
dan sebuah tempat di utara
Adu siasat
Memeras atau meremas
Yang punya kuasa
Yang punya usaha
***
Lebakwana, Februari 2022
Catatan.
Penulis lahir di Sukoharjo (Lampung). Pernah masa-masa remaja cerpen-cerpen dimuat di Majalah Anita Cemerlang, Majalah Humor, dan Pos Kota. Kini untuk memperlambat pikun bergembira-gembira menulis di Kompasiana.com, Secangkirkopibersama.com, dll. Buku yang sudah terbit, Tiga Bicara Hujan (antologi puisi; Pimedia).
Sekarang tinggal di Kramatwatu, Serang, Banten.
No. WA: 085219334409
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313