JAZAD YANG MATI
Pak tua itu menangis
mengadu kesepian dengan uraian air mata
Seolah dengan begitu
usianya dapat kembali lagi
Dia masih ingin
melarung dalam buaian riak sungai asa
Hanya saja raga itu
kini sudah tidak terairi kembali
Darah-darah dalam nadi
memang telah lama mengering
Bersamaan dengan
datangnya para pemangsa, cacing-cacing
Mereka bergelimpangan,
menyantap nanah pada sendi dan daging
Benar, dia telah sepenuhnya tidur dalam mati yang hening
Benar juga bahwa suara-suara langit itu pernah bilang
Kelak akan ada satu
hal yang dia sesalkan dalam liang
Kenapa hidup ternyata
sesingkat begini, sangat sayang
Tidak ubah sebatas
kilatan petir yang datang lalu hilang
Tidak juga semesta
salah jika mengatakan nafas ini seumpama buih pesisir
Berderu-deru ganas dan
memecah karang dengan dasyat deburannya
Tetapi toh cepat
berpaling kembali lagi pada asal ke tengah dalam samudra
Menyerukan aroma basah
yang merana lalu mataharilah yang mengeringkan sisanya
Gelondongan itu sudah
tidak lagi seorang perkasa hebat
Dia hidup dalam
ingatan orang-orang sebagai bayang-bayang berkelebat
Meski mengiba-iba
memohon ampun pada angkasa dan pertiwi
Namun tetap saja dia
hanya seonggok jazad yang mati
Ni Wayan Wijayanti
Bali, 6 Maret 2022
******************
Ni Wayan Wijayanti,
lahir di kota seni Gianyar-Bali pada 30 April. Menulis karya sastra adalah
hobinya sejak masih anak-anak. Beberapa karyanya telah dimuat di berbagai
media. Saat ini aktif sebagai Online Sales and Marketing disalah
satu penginapan yang berlokasi di wilayah Ubud-Bali.
Pembaca dapat
menemukan saya di:
Facebook https://www.facebook.com/boiem.soulmater
Whatsapp 085737145984
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313