SEPATU BARU DI BATU KARANG
Di simpang sudut
kota lima penuh dilema
kutemukan sepucuk
surat isinya berat
tentang tiap jengkal
hidupnya yang tak lagi sama
Pertengkaran hatinya
menjurus butir-butir esensi
bahwa biru nan seru
bagaikan langit, katanya
antah-berantah pun utopia
masih serasi memeluk candu
bibirnya mencambuk tanda tanya
meski berkali-kali
tak jua ia bersua jawaban
NOTIFIKASI
Sepucuk daun menari
di halaman rumah jendela
bersama angin sejuta sejuk
rumah pohon berteduh sebentar
berharap kabar menjamah mata
pada akar
kita yang ku sirami dengan hati
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313