JANGAN BANGUNKAN AKU
(SEPOTONG PERMOHONAN
KEPADA TUHAN)
tuhan
tolong jangan
bangunkan aku
jika mimpi itu
tak bisa jadi nyata
sudah
bermusim-musim
mimpi-mimpi itu
kutinggal di sini
bermusim-musim, tuhan
masih saja tetap
seperti dulu
padahal daun-daun yang
gugur
lama sudah hilang jadi
debu
cinta yang datang dan
pergi
silih berganti dan
kadang tak kembali
usiaku makin senja
rambutpun telah
berubah warna
tapi kenapa
mimpi-mimpi yang kutinggal sejak lama
masih utuh tak
berubah?
jadi, jika sampai
kapan
mimpi-mimpi itu masih
saja jadi mimpi
maka biarkan aku terus
tidur
dan jangan kau
bangunkan
jangan bangunkan aku,
tuhan
biar kunikmati
mimpi-mimpi itu dalam tidur
karena ketika aku
lelap
mimpi-mimpi itu jadi
nyata, sangat nyata!
Banyuwangi, 2022
TUHAN, CINTAMU
TERJATUH DI RERUMPUTAN
rasanya cintamu
terjatuh di sini
di atas rerumputan, di
balik belukar
bukankah begitu,
tuhan?
bukankah cinta yang
kau ulurkan padaku sore lalu
terjatuh di sini?
rasanya memang di sini
ketika tanganmu
berkelebat mengulurkan cinta itu sore lalu
aku yang tengah
tenggelam dalam doa
menunggu isyaratmu
tersentak kaget
lalu cinta itu
terjatuh
sebelum tanganku
sempat menggenggamnya
cinta itu terjatuh di
rerumputan
cinta itu terjatuh di
rerumputan, tuhan
dan sampai sekarang
aku masih mencarinya
lantaran tanganmu
rasanya tak mungkin datang lagi
terulur di hadapanku
membawa cinta seperti sore lalu itu
ODE SANG PENYAIR
aku berada di sini
semata-mata karena cinta
jika akhirnya kita
bersama
hanya karena nasib
baik yang mempertemukan
aku datang dari
ketiadaan
sejarahku masa lalu
yang tak tercatat
tanah airku negeri
antah- berantah
jika para petani rindu
datangnya hujan
seorang penyair yang
sampai di negeri ini
tak pernah mengerti
apa yang diinginkan
sampai suatu ketika
nanti aku tiba pada kematian
akan kupersiapkan
upacara penguburanku sendiri
keranda terbuka lebar
dan aku berkalung mimpi
tak ada air mata
menetes untuk kematianku
sekalipun di jalan
bertabur bunga
tak sekuntum tertuju
pada penyair
apalagi doa atau
nyanyian duka
di pintu kubur saja
tak satu malaikat akan menyambut
sedang tuhan sendiri
mungkin tak pernah mencantumkan namaku dalam buku-nya
memang sia-sia,
semuanya, juga puisi
tapi tak ada lain yang
bisa dilakukan karena cinta
dan seorang penyair di
negeri ini hidup atau mati semata-mata karena cinta
GIMIEN ARTEJURSI
lahir, 3 Agustus l963. Tinggal di Banyuwangi. Puisinya diterbitkan di media
cetak dan on line di Indonesia. Antologi bersama Para Penyintas Makna (Teras
Budaya 2021), Pujangga Facebook Indonesia (PT Metaforma Internusa 2022).
Memenangkan lomba cipta puisi nasional yang diselenggarakan Sanggar Minum
Kopi Bali, 1989, dan Negerikertas.com 2022
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313