SESAAT DI LINGKARAN PENTAS EBEG BANYUMASAN
irama kendang, saron, kenong, bonang dan gong meracik gendhing
ricik-ricik, gudril, blendrong, sekar gadhung, waru dhoyong eling-eling
silih berganti menyihir telinga tanpa jeda
sesaji bunga-bungaan, pisang raja, pisang mas, kelapa muda, jajanan pasar menggoda mata indang
muda-mudi bercelana panjang dilapisi kain batik sebatas lutut, berkacamata hitam,
mahkota dan sumping
di pergelangan tangan dan kaki gelang-gelang kerincingan
melenggok ikuti irama gamelan
saling berhadap-hadapan, saling menggelengkan kepala
mundur beberapa langkah, maju sesaat
saling bertemu, menggelengkan kepala
memberi isarat tanpa kata
asap mengepul, dupa sang penimbul
penari mabuk di atas kuda
‘mendem’ janturan
memakan beling,
melahap sesaji
o, kuda lumping yang kautunggangi
adalah nafsumu yang kau kendali
darinya lahir keindahan ritmik tarian jiwa
o, para penunggang kuda
ayo pacu kudamu ke medan laga
musuh yang sesungguhnya telah siaga
kendali kudamu agar tak liar
gending sudah suwuk
gong sudah ditabuh
istirahatlah
nikmati air kelapa hijau
di atas gawar
kembali ke diri
mendemmu,
jangan membuatmu lupa bahwa kau tetaplah manusia
eling!
Karanganjog, 28 Pebruari 2022
Riswo Mulyadi – Aktif di Komunitas Literasi Blakdhen Gumelar, Banyumas, Jawa Tengah.
Buku kumpulan puisi tunggalnya Gigir Bukit Sinawing (2017) Aktif menulis Geguritan Bahasa Banyumasan. Tinggal di Banyumas.
Fb : Riswo Mulyadi WA 082225907168
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313