MELAUT
Percaya saja: pada mulanya perahu besar itu
Mengarungi kolam dunia yang nyaris tanpa tepi
Kita—entah dari sepasang yang mana—pemilik darah asin
Darah tempat ikan berenang. Pada salah satu takdir mereka
Bersemayam nyaman di lambung jutaan orang
Mari melaut ke mana angin memagut!
Jangan terhanyut pada perang ambisi yang berlarut-larut
Atau buang waktu meladeni para perompak pengecut
Jiwa kita jiwa nelayan, pergi berlayar dan
Pulang memenuhi tempayan. Anak-anak kembali
Dari bermain dan berseru girang: Ikan! Ikan!
Barangkali telah tiba masa dua kutub mencair
Menawar racun yang kita hirup dari daerah tangkapan
Jala berulang terentang, sebagian sampah kita bawa pulang
Ayo melaut tanpa rasa takut, bahkan andai palung adalah maut
Jiwa kita jiwa nelayan, disambut angin muson tak pernah bosan
Kelak nama kita abadi pada sejarah negeri bahari
Ditatah lidah ombak ke karang-karang tegak
Pada akhirnya nusa-nusa Arkipelago terikat darah laut
Yang terpisah cuma alamat bagai titik-titik keringat
Kita memiliki senja yang sama di ufuk barat, saat yang
Tepat untuk bertolak: Ayo melaut!
Tak seorang pun di luar Nusantara boleh merebut
Jakarta, 5 April 2022
Kurnia Effendi lahir di Tegal, 20 Oktober 1960. Menulis puisi dan cerpen di media massa sejak 1978. Telah menerbitkan 25 buku, 7 di antaranya kumpulan puisi. Salah satu buku puisinya, Mencari Raden Saleh, mendapat anugerah pustaka terbaik 3 bidang puisi dari Perpustakaan Nasional, 2019. Bergiat dan beralamat di Jakarta. Dapat dihubungi melalui email: kurnia_ef@yahoo.com dan WA 0811859603
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313