Terlalu Pagi
| Ahmad Sulton Ghozali
Terkadang tiba terlalu pagi
di tujuan dan tanpa seorang lagi
sering sarapan hanya dengan roti
yang sudah diajak keliling sejak dini
juga tak melewatkan secangkir kopi
tetap saja ruangan ini menghantui
kecuali menanggung sepi sendiri
yang seharusnya mendapatimu di sini
mungkin pagi memang diciptakan
supaya aku lebih dahulu merindukan
sebelum panas dan cahaya berkelindan
dan kita mengeluh jika waktu berjalan
terlalu cepat dari yang diperkirakan
sementara beberapa waktu ke depan,
kau terburu-buru pergi meninggalkan.
2022
Bertahan
Jarak kepada ruang
seperti halnya
jeda kepada waktu
menimbun usia
semakin dewasanya
semakin mentah-mentah
menelan kenyataannya
mungkin bukan ujian
lebih banyak pengorbanan
tiada lain yang bisa dilakukan
menunggu atau tanpa kepastian
tak selalu ada
hikmah di setiap kesulitan
laksana cahaya setelah hujan
setidaknya, bertahan
untuk hati yang dikuatkan
dan doa yang disemogakan.
2022
Mengekalkan Mimpi
Berikan beberapa malam yang berisi mimpi-mimpi burukmu
segera akan kuhindarkan dari kenyataan
sejauh-sejauhnya, supaya kau bisa terlelap kembali
setenang-tenangnya, sementara hanya tersisa dalam kekal yang
baik-baik, seiring bangunmu nanti,
seiring bahagiamu nanti.
2022
Ahmad Sulton Ghozali. Sering menulis untuk mengisi waktu luang dan hati yang berlubang. Beberapa hasilnya adalah kumpulan puisi "Merancang Mesin Waktu" (Berpuisi Publishing, 2022) dan "Berdamai dengan Air Mata" (Jejak Publisher, 2021). Media sosial: @anginraga.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024