Merawati May
GARIS BATAS
haruskah kutaklukkan pelangi agar melembayung
di mataku,
untuk membasuh dahaga rindu?
seperti bungabunga kapuk
berhamburan tatkala kemarau di dadaku
menjadi berantakan
setelah mengharapkanmu
agar menyatukan
satusatunya rindu
o umpama bias cahaya
menyentuh beribu pandang
di dalam kornea mataku
begitu pula,
ketika jari-jemari hendak meraih kata hatiku yang selalu bicara dalam puisi
hingga semuanya meretas garis batas, untuk cinta
tak berbatas
lihat,
perahu nelayan pun kembali
sedangkan sekawanan camar menemui kekasih
menceitakan harihari
sedang aku masih di batas rindu. entah sampai kapan
menjumpai ruang pertemuan kita
dari sepersekian perjalanan ini kutempuh,
aku tak cukup ulung menguak tabir mega
yang kian tinggi
dan terus membumbung
ataukah harus berdamai
di antara kegelisahan
untuk cinta yang tak kunjung
menjadi nyata?
entahlah !
Bengkulu, 29 Juni 2022
Merawati May
DI PANTAI MOROSARI
terbanglah cintaku
dengan ribuan sayap
yang mengitari pantai morosari
sebab wajahmu asri
sebelum kau sisir rambutmu
yang terurai di antara ombak
dan destinasi budayamu
di dalam catatan cinta kita
pantai morosari
sebelum kau tidur
di antara cahaya senja
karena tradisi lelapmu
seperti bidadari yang bersemayam di dalam kerinduanku
maka tatkala kau hadirkan
seraut asmara yang terbang ke hulu hati ; getaran di dada pun memeluk sejuk setelah sepotong catatan mengalir ke pantaimu
di pantai morosari
kutiduri gelombang tradisi yang genit dan lincah
sebab dari bibir pantai itulah buih-buih cintaku mencair ke gugusan tubuhmu
pantai morosari, cintaku
setinggi apa pun angan
dan kerinduan itu terbang
ke panggilan pertama,
maka kepasrahkan
untukmu adalah mati
maka keindahan itulah kepastian cintanya yang
memancar di garis batas penghabisan nyawaku. sebab jika senja tenggelam, maka kemurnian pantaimu adalah wajah kekasihku
Bengkulu, 4 Juli 2022
Merawati May
BETAHWALANG
bulat dan besar
ketika Kau saksikan
wajah hari yang lelah
karena kandungan situasi
di antara air laut dan tatapan mata itu, ; memancarkan pertanyaan sebelum tenggelam dalam kesunyian malam
inilah sedekah bumi
dan laut. digelar dengan pikiran, karena rasa syukur
dipersembahkan di atas tumpukan penganan dan doa
sebab merah di mata-Mu
yang mengambang pada samudera kepedihan,
hitam bagai secangkir kopi di lidah ini
hal biasa dari kegelapan
yang diam di permukaan laut-Mu,
Kau tumpahkan
cahaya itu sepenuhnya
di atas pertanyaan tanpa jawaban
inilah sedekah bumi dan laut
dari tradisi desa betahwalang
yang memercik ke titik air ketika dilarungkan ke dalam doa-doa permintaan
maka bulat dan besar
ketika berbinar di permukaan laut ;
maka merah mata-Mu
yang berselayar dalam permintaan
orang-orang desa betahwalang,
menjadi sedekah
yang dikalungkan
ke dalam tradisi tahunan
masyarakat jawa tengah
Bengkulu, 8 Juli 2022
Merawati May, lahir di Mukomuko, 12 Mei 1978. Karyanya tergabung dalam berbagai antologi al. Dan memiliki tiga buku tunggal. Perjalananku (2016); Nasihat Ibu ( 2021); Kidung Hati Amreta ( 2022). Tulisannya banyak tersebar di berbagai media masa baik daerah atau pun nasional, sering menjadi berbagai juri di berbagai perlombaan seni dan sastra. Dia bertempat tinggal di Jalan Tutwuri 5 No 146 Rt 15 Kel. Surabaya kec. Sungai Serut Bengkulu. Dapat dihubungi melalui Hp 085381277268
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313