EMBUN GURUN SAHARA
| Devira Sari
Aku terpana oleh rupanya
Hamparan gersang yang merana
Telah berabad membara jiwanya
Jeritannya lahirkan fatamorgana
Hingga dahaga meradang di batang tenggorokkan
Parau...
Sengatan tajam yang dapat membinasakan seketika
Malam-malam pun dingin menggeretakkan belulang
Angin mencetak lekuk-lekuk keriput di wajahnya
Tak ada binar di matanya
Lelah yang amat sangat menggerayangi tubuhnya
Namun ia telah bersumpah untuk tak kan terlelap
Lebih baik terjaga abadi daripada merasakan tamparan realitas saat bangun nanti
“Mengapa kau berhenti bermimpi, Sahara?” tanyaku padanya dari kejauhan
“Rinai begitu sombong.
Bagaimana mungkin aku akan berjodoh dengan pelangi,” jawabnya.
Kau terlalu pesimis.
Siapa yang berani menyanggah ketika Dia bertitah, “Kun!”
Devira Sari
Penulis yang berdarah Minang ini berprofesi sebagai Psikolog Klinis. Selain sebagai bagian dari profesinya, menulis adalah hobi sekaligus terapi diri. Mulai belajar menulis karya sastra sejak bergabung di Komunitas Laboratorium Sastra di Kota Medan. Puisi-puisinya telah terbit di beberapa media cetak seperti Rebana Analisa Minggu, Analisa Rabu, dan Harian Waspada. Beberapa antologi sastra bersama yang memuat karyanya antara lain: Bung, Akulah Medan! (2014), [R]Esensi Sastra (2015), Prosa (2016), Hatosongu (2021).
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313