dalam temaram senja yang kelam dan sunyi
terdengar bunyi lonceng gereja talun-temalun
sekonyong-konyong mendung membalun
petir memetir menyambar-nyambar
langit menggugurkan gerimis basahi beranda
nyanyian duka mengalun di senja yang kuyup
nyayian sendu mengalun mengiringi kepergaianmu
ke bumi yang lain telaga yang lain
kepada ibu bapak dan para leluhur
lesap ke balik pohon
bersemayam di balik bukit
berselindung di balik gunung
kita tak bisa lagi saling merengkuh
karena rumput rumput liar menutupi jalan bersua
karena sungai air mata mengahalangi jalan bersemuka
karena lebah bersarang menutupi jalan berjumpa
hanya lewat doa-doa lirih kita bersua
bila lonceng kematian berikut berbunyi
kita kan bersatu di kehidupan selanjutnya
[Bunu, 18.11.2022]
Eliaser Loinenak lahir di Puamese, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, 2 Mei 1980. Menulis cerpen dan puisi. Cerpennya yang berjudul Teku dan Perjalanan sempat dimuat di Pos Kupang edisi Minggu (2002-2003), cerpen Sekuntum Mawar Merah Jambu untuk Gadis Bergaun Hitam dan Dairy Hitam dimuat di Majalah Cakrawala Pendidikan NTT. Puisi-puisinya termuat di umakaladanews.com, balipolitika.com, Majalah Elipsis ,Media Sastra dan Budaya negerikertas.com, faktahukumntt.com, dan suarakrajan.com. Saat ini mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri Satu Atap Sunu, Amanatun Selatan, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313