I
Jalan-jalan yang masih basah dari sisa embun tadi pagi. Masih kulihat jelas ia menggambar segala resah di otakku. Cinta, kenangan, perih, dan hal apapun itu yang membuatku terasa gila, semuanya di lukis dengan penuh keindahan dan kasihan.
II
Jejak demi detak akan segera hilang dalam genang hujan siang ini. Berganti gigil yang akan aku dekap setelah gagal memelukmu erat. Mungkin setelah hujan pergi tak akan aku dengar lagi suaramu menembus pori-pori pipiku dengan kejam, semuanya akan segera divonis mati dalam hitungan jari-jari dan menjelma sepi yang akan setia menemani saban hari.
III
Tak usah menunggu lama, sebentar sehabis rakaat jatuh ke tubuhku semuanya akan berlalu. Urat di sekujur kakiku masih bisa melangkah jauh meninggalkan keindahan yang sudah kita bangun dengan ruang paling megah sepanjang masa, jika suatu hari kau sempat mengingat itu silahkan berkunjung walau sekedar tamu bukan ratu atau pemilik rindu yang utuh.
Jogja 2022
Hilangnya kota harapan
:D
Setelah ini aku tak akan pernah lagi menjumpaimu
Ketakutan-ketakutan yang aku cemaskan
Telah menjadi api yang tak pernah mati
Perih yang begitu pedih terus menjalar tanpa menemui hilir paling akhir
Berhari-hari aku mendekap kecemburuan yang mengerikan
Dari ujung perjalanan sampai ke pelabuhan paling kejam
Engkau berbicara seolah air yang mengalir dengan tenang, lepas dan tak ada kesadaran bahwa dibalik tubuhmu ada aku yang kerap di hantam ombak ganas menenggelamkan harapan.
Hilang sudah kota-kota yang aku bangun di samudera hatimu
Atapnya rapuh dimakan rayap paling keramat, genting-gentingnya bocor sebab selalu dijatuhi reruntuhan kecil bernama kepedihan
Suatu hari nanti jika aku tak pernah memberimu kabar
Rawatlah kebahagiaan yang sedang engkau genggam dengan gigi dan keyakinan
Setelah kepergianku menuju kesepian paling menyedihkan
Aku harap hari-harimu tak menimbulkan tangisan sepanjang perjalanan pulang.
Jogja 2022
Jalan-jalan ke kotamu
Di kotamu banyak aku temukan orang-orang menghabiskan masa liburnya
Mereka berfoto, bergandeng, dan melihat pohon runtuh yang kutanam tempo lalu
Daunnya gugur sebelum musim tiba, berserakan dan tak ada yang membersihkannya
Bahkan engkau pun merasa senang memandang reruntuhan itu yang jatuh dari benih hatiku.
Jika suatu hari nanti tiba musim hujan, kehilangan adalah sebuah kematian yang akan datang bergantian
Nama-nama indahmu segera menjadi kenang yang menyakitkan bagi setiap perjalanan menuju pulang.
Tahukah engkau kekasih
Rasaku jauh-jauh hari sudah divonis kanker tuberkulosis
Sulit untuk sembuh kecuali kamu ingin menjadi kekasihku sepanjang usia waktu.
Jogja 2022
Entah berapa tahun lagi kalian akan hidup kembali?
Bapak, ibu
I
Selamat malam pak, bu
Sudahkah hari ini kalian makan?
Sudahkah kalian memetik benih yang kalian tanam di pinggir halaman?
Sungguh pertanyaan-pertanyaan itu selalu aku pikirkan setiap waktu
Meski pada akhirnya menjadi jalan buntu dalam otakku
Entah berapa tahun lagi kalian akan hidup kembali?
Mengelus keningku, memarahiku, menciumku bahkan ketika baru selesai menghabiskan sebatang rokok pun kalian tak peduli akan bau yang menyelimuti.
II
Pak, bu
Tanaman yang kalian titipkan sebelum kepergian masih terus aku siram dengan air mawar
Agar kelak tumbuhnya harum dan bermekaran
Serupa senyummu yang bertebaran
Mengiringi kaki yang kulangkahkan.
III
Nanti jika aku pulang ke kampung halaman
Aku akan membangun kuburan tempat kalian terpejam dan memeluk kesepian dengan megah
Layaknya harap yang terus tumbuh dan senyum yang tak kenal waktu
Juga aku akan membawakan kembang 7 rupa agar tubuh kalian tetap harum meski telah tiada.
IV
Kini, aku telah mengerti
Bahwa rindu tak cukup banyak peluang untuk menghantarkan kalian ke surga
Dan do'a-do'a adalah kata indah penuh makna yang selalu aku pinta pada Ia yang Mahakuasa.
Jogja 2022
Perhatian!
Segala kehilangan yang berbentuk kenangan dan menjelma kesepian
Bukan tanggung jawab perasaan
Tetapi itu kutukan dari Tuhan yang telah kau duakan sebelum dihalalkan.
Jogja 2022
*Wail Ar nama pena dari Wail Arrifqi, Mahasiswa UNU Yogyakarta, sebagian karyanya pernah dimuat di Harian Bhirawa, Radar Madura, Rumah Baca, Literasi Sumenep, Madura today, dan Dunia Santri.
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313