Terbujur Kaku Dalam Penantian
| Puisi Fiana Winata
Bertahan mengusir sepi
Tak terdengar lagi burung bernyanyi
Dulu tangan saling menggenggam
Tapi alam berkata untuk mengikhlaskan
Atma ini menyelusuri jalan yang panjang
Meretas duri yang berjatuhan
Berharap hadirnya seorang teman
Bukankah Allah sebaik-baik tempat berpulang
Lalu mengapa berharap pada insan
Sepintas aku lalai pada sandaran iman
Mendadak sepi dan fakir pada kebesaran Tuhan
Alam telah melukiskan
Bunga yang berguguran akan kembali bermekaran
Lihat jalannya penuh liku
Tapi cinta semesta semakin syahdu
Bersatu dalam pinta tiada jemu
Bersujud di malam penuh haru
Jika tidak pada dunia
Maka maut akan merindu
Bukittinggi, 4 Juli 2022
Izinkan Kuceritakan Kisah Ini
Sudah menjadi ketetapan diri
Gambaran cinta lukisan sejati
Tak ada yang sia-sia bahkan daun yang jatuh adalah bukti cinta Illahi
Sunyi mengajarkan tegar dalam menjalani
Berharap pelangi membersamai langkah ini
Masih kupelajari akankah cahayanya setia menyinari
Suka menjadi harapan mekar mewangi
Duhai pemilik hati simpanlah nama ini
Srikandi tak akan berhenti untuk mencintai
Setiap kata dalam baris ini akan menghasilkan puisi
Merajut setiap kenangan menguntai diksi
Menjelma keabadian dengan ikhtiar melangit tinggi
Bukittinggi, 10 Juli 2022
Merangkai Asa, Merdeka!
Pekik merdeka bergema di bumiku
Tak ada lagi dentuman peluru yang membuat darah getir tertumpah
Inilah wajah baru bumiku pulih lebih cepat bangkit lebih kuat
Saat simfoni itu berlagu desiran semangat mengalir dalam jiwaku
Merdeka!
Tiada lagi kata ragu saat gelar itu tersemat dibelakang namaku
Ada tugas mulia menungguku berjihad dijalan-Mu
Lihatlah wajah-wajah itu Lihatlah harapan itu
Kan kubingkai indah hingga menggetarkan seluruh penjuru
Ya inilah langkahku dengan tosca tanpa pengukuhan dari sang penguasa
Derap langkahku hanya Tuhan yang tahu
Menebar cinta mengobarkan semangat tiada tara
Wahai generasi muda rapatkan barisan kita akan maju
Elakkan duri dan batu besar itu
Tanamkan tekad menggebu
Mencapai langit impian
Langkah ini tak akan pernah jemu
Walau berpisah jiwa dan raga darahku tetap untukmu
Generasi rabbani untuk sejahtera negeriku
Inilah kisahku perjuangan untuk diri, bangsa, dan agamaku
Bukittinggi, 21 Agustus 2022
Bionarasi
Fiana Winata. Wanita kelahiran Cirebon, Jawa Barat saat ini berdomisili di Bukittinggi. Menyukai menulis sejak usia remaja. Menulis merupakan cara yang terbaik untuk menghargai setiap kisah yang telah Allah persiapkan. Menulis enam buku tunggal puisi dan dua puluh enam antologi. Beberapa tulisan sudah dimuat dalam surat kabar dan media online Indonesia dan Malaysia. Silakan sapa penulis ig.ofie_gw atau fb.Fiana Winata.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024