Keluarga adalah suatu tempat anak berkembang dan bertumbuh, baik dari fisik maupun psikologi. Orang tua adalah guru dan figur pertama bagi seorang anak dalam membentuk karakter anak. Selain itu juga orang tua diharapkan mampu membangun komunikasi yang baik pada lingkup keluarga. Idealnya keluarga yang harmonis adalah keluarga yang terpenuhi akan semua kebutuhannya dan teratur dalam komunikasinya serta saling menghargai dan memperhatikan antara satu sama lain. Sebuah keluarga dikatakan harmonis jika anggota keluarganya bahagia tanpa merasakan ketegangan, kekecewaan,marah dan keegoisan dalam keluarga. Keluarga yang harmonis adalah hal yang diinginkan oleh para orang tua dan anak, namun kenyataannya di dalam masyarakat masih banyak keluarga yang mengalami sebuah konflik.
Konflik rumah tangga inilah yang sering disebut dengan broken home. Dan broken home menjadi dampak yang nyata bagi perkembangan remaja yaitu : yang pertama mengalami masalah psikologi subjektif, seperti muah gelisah, sedih, suasana hati yang mudah berubah, fobia dan depresi. Kedua, memiliki kemampuan berprestasi rendah dan atau di bawah kemampuan yang pernah mereka capai sebelumnya dan ketiga, bisa saja bertindak agresif kepada orang tua. Saya sendiri pernah melakukan wawancara kepada salah satu mahasiswa angkatan 2021. Mahasiswa ini ni kedua orang tuanya berpisah sejak dia Sekolah Dasar (SD), orang tuanya sudah sama-sama menjalani rumah tangga masing-masing dan dia tinggal bersama neneknya, ibunya bekerja di luar kota. Dia merasa dirinya hanya sendirian tidak ada orang tua untuk tempatnya bercerita layaknya anak-anak remaja pada masanya. Namun dia selalu optimis untuk mengubah masa depan nya, dia di terima Universitas Islam Negri K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan (UIN GUSDUR) tanpa tes, dia mendapatkan beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan dia tidak sama sekali tertarik untuk melakukan perilaku menyimpang, karena prinsip dirinya orang tua boleh berpisah tetapi baginya itu adalah sebuah pengalaman dan cerita hidup yang tidak akan dirasakan oleh anaknya di kemudian hari. Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu mahasiswa tersebut saya tertarik untuk bertanya lebih lanjut, bagaimana agar seorang mahasiswa broken home tidak menyalahgunakan narkoba. Dari mahasiswa itu pun menjawab bahwa ada beberapa mahasiswa yang menjadi korban dari broken home namun tetap tidak terpengaruh pada hal yang negatif, bahkan ada beberapa mahasiswa broken home yang justru mendapatkan beasiswa berprestasi, memiliki Prestasi yang tinggi setiap semester dan memiliki perilaku yang sangat baik. Dan penyebab mahasiswa broken home bukan hanya dari latar belakang perceraian orang tua saja, namun ada juga yang orang tuanya sudah meniggal tahun lalu, lalu menikah lagi, ada juga dari latar belakang permasalahan ekonomi, kurang atau putusnya komunikasi dalam keluarga, sikap egosentrisme, pendidikan yang rendah. Dampak dari broken itu sendiri biasanya menjadi ketidakpercayaan diri, mengalami trauma pada diri sendiri, kecemasan, emosional, anak mnjadi agresif, dan tidak hanya itu saja namun juga dapat menimbukan tindakan yang di luar batas. Wawancara ini dilakukan guna untuk untuk mengetahui penyebab mahasiswa mengalami broken home, dan mencari tahu dampak yang dirasakan mahasiswa mengalami broken home selain itu juga ingin mengetahui strategi mahasiswa broken home tidak terpengaruh dalam tindakan yang diluar batas misalnya seperti narkoba. Strategi yang dilakukan mahasiswa broken home yaitu dengan pikiran yang sehat yang selalu dipenuhi dengan hal-hal yang positif, berkomitmen agar tidak menyalahgunakan narkoba, fokus pada cita-cita dan impian, berani dalam menghadapi sebuah masalah, mencari kegiatan positif, harus pandai dalam memilih teman dan lingkungannya. Kesimpulan dari pembahasan ini adalah bahwasannya terjadinya broken home pada anak bukan menjadi alasan untuk berhenti dalam mencari pendidikan bukan menjadi alasan untuk . Korban broken home juga seharusnya tidak di pandang buruk oleh orang disekitarnys baik teman ataupun lingkungannya. Karena justru sebaiknya anak- anak dari broken home ini harus dirangkul, diperhatikan dan diberikan arahan untuk tetap berada pada jalur pergaulan yang positif. Dan dari perhatian dan arahan yang diberikan sedikit demi sedikit akan membantu anak dari broken home tersebut untuk dapat tersadar akan kesempatan besar dan harga diri yang berharga yang mereka miliki untuk bisa hidup jauh lebih baik dengan meninggalkan hal-hal buruk yang terjadi di hidupnya di masalalu dan bangkit dalam keterpurukan yang akan merugikan dirinya sendiri. Jadi ada banyak sekali korban-korban dari broken home yang justru hidupnya dimasa depan lebih cerah dan lebih sukses karena kesadaran dirinya akan kesempatan besar yang masih ia miliki.
Nama : Siti Nur Azizah
Alamat : Debong Lor, Kota Tegal, Jawa Tengah
Email : sitinuraa2708@gmail.com.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024