RADIM’S STORY
Karya : Anggun Salsabila Mustika
Liburan dalam bulan Ramadhan, siapa yang tidak suka Liburan dan Bulan Ramadhan? Setiap tahun, semua umat muslim berbahagia dengan datangnya bulan Ramadhan. Berbuka puasa bersama keluarga maupun teman.
Terkecuali untuk seorang Pria yang setiap tahun nya menghabiskan waktu bulan Ramadhan sendiri. Tak ada keluarga yang tinggal di rumah minimalis itu, tak ada teman yang bisa ia ajak berbincang. Pria itu menyantap makanan sahur pertama dengan kekosongan. Rasa makanan hambar dan tak nikmat namun ia masih menelannya agar tubuhnya kuat menjalani puasa tahun ini. Sama seperti kamarin, ia mandi, kerja, pulang dan tidur. Itu terus terjadi sampai pertengahan bulan Ramadhan dan hari yang membuatnya terkena nasib buruk berkali-kali.
"Ahh!! Kenapa kerjaan ku nggak ada yang kelar?! Hari ini kan bukan waktu ku lembur!" teriak pria itu frustasi, bos memberikan nya tugas di kala tugas yang lain masih ia kerjakan.
"Istighfar Mas, aku lembur kok. Nanti buka puasa bareng, nih bentar lagi" Aditya pria yang tak lain adalah teman sekantor Dimas, hanya dia teman lembur Dimas. Ia menunjuk jam tangan pukul setengah enam.
"Ohh iya, Astaghfirullah. Makasih Dit udah ngingetin, aku lagi kesal aja dari pagi" ucap Dimas tak enak, hari ini ia seperti perempuan PMS yang tidak bisa diganggu.
"Ya udah, ayo Salat dulu. Bentar lagi Adzan, baru kita ke angkringan depan" ajak Aditya sembari memakai kopyah nya dan sarung yang ia selempangkan dipundak.
Mereka berjalan menuju masjid terdekat, mengambil wudhu lalu Salat, saat berdoa Dimas meminta ampun dan agar dimudahkan pekerjaan nya hari ini. Setelahnya mereka benar pergi ke angkringan untuk makan nasi kucing, beberapa gorengan dan segelas wedang jahe sebagai penghangat tubuh.
"Dim, maaf ya. Aku lembur cuma sampai jam sembilan nanti karena harus mengurus istri ku yang dirawat di rumah sakit" pernyataan Aditnya membuat Dimas sadar, bahwa ia yang masih hidup sendiri sudah mengeluh bagaimana dengan teman nya yang sudah berkeluarga ini? .
"Dit! Kamu memang baik. Tapi, istrimu lebih perlu kamu, pergilah setelah ini. Biar aku yang membantu mu menyelesaikan tugas, bos nggak akan marah kok" Dimas ingin membalas kebaikan Aditya yang selama ini sudah banyak membantunya.
Awalnya ia berat hati memberikan tugas nya pada teman nya ini, tapi ia juga sadar ada yang butuh dirinya saat ini. Diangguki nya setuju, Dimas tersenyum senang ia menghibur hati Aditya. Dimas kembali bekerja setelah Aditnya pergi, kini hatinya terasa damai dan pikirannya segar, Doa nya terkabulkan. Ia selesai pukul 10 malam, pulanglah ia dengan mata terkantuk-kantuk. Untung nya ia pulang pergi dengan bus, perjalanan dari Jakarta ke Bandung lumayan jauh apalagi jika macet.
Hujan turun mendadak dengan derasnya, ia baru saja sampai di Halte Bandung. Ia hanya perlu berjalan beberapa blok dari sana. Berjalan bagai zombie di malam hari, dibawanya payung yang meneduhkan dirinya. Ia melihat gadis kecil meringkuk dan menangis dipinggir jalan kecil. Rasa penasaran mengalahkan ketakutannya, dihampiri nya sang gadis dan menyapanya. Gadis itu mendongak menatap nya, mata biru sebiru laut, rambut hitam alami, dan pakaian kucel yang menempel ditubuhnya tak mampu menutupi paras cantik nya.
"P-Paman! Tolong bawa aku kembali ke panti!" gadis itu memohon-mohon sambil menangis, Dimas bingung harus berbuat apa saat ini, gadis itu terus mendesak nya untuk berhenti berpikir dan langsung bertindak.
"Iya! Ini bukan saat nya berpikir!" Dimas menutup payung nya dan menggendong gadis itu seolah tak perduli dengan hujan yang mengguyur nya, toh ia sudah kebasahan dari tadi.
"Hei, aku tidak tau dimana panti yang kamu maksud tapi untuk sementara ini aku akan membawa kamu pulang bersama ku" diabaikannya tukang nasi goreng dekat rumah nya, ia akan beli nanti setelah selesai bersih-bersih.
Cklekk!!
Dimasukinya ruangan rapi nan wangi. Gadis itu melongo melihat rumah indah hanya memiliki satu penghuni. Dimana orang lain? Pertanyaan itu bermunculan, gadis itu terbiasa tinggal beramai-ramai.
"Kamu mandi dulu, aku akan siapkan pakaian milik ponakan ku. Aku tinggal pergi sebentar" Dimas cekatan dalam menyiapkan sesuatu, ia juga harus membeli nasi goreng untuk makan malam mereka.
"Kang! Aku pesan dua, satu nggak pedas" perilaku tak tenang Dimas dilirik nya, dengan segala keterampilan nya, Zaki membuat nasi goreng dengan cepat.
"Aya-aya wae Dimas mah, kabiasaan pisan" Zaki menggelengkan kepalanya heran dengan Dimas yang sudah lari tak ingat ada kembalian uang.
Dimas ke dapur dan menata nasi goreng, gadis itu juga sudah selesai dan semakin tampak kecantikan nya. Tak berani ia menginjak setiap petak lantai, bahkan untuk menyentuh sebuah sofa.
Dimas menghampirinya dengan dua piring ditangannya. Ia tersentuh dengan sikap sopan si gadis, belum pernah ditemuinya anak sesopan itu.
"Hei, ayo makan. Besok baru ku antar pulang" ucapan Dimas membuat si gadis tersentak kaget, lucu sekali tingkahnya.
Gadis itu tampak ragu-ragu, namun karena lapar ia memakannya. Ia makan untuk bertahan hidup, meski ia takut jika di masukkan racun.
"Siapa namamu dan dimana Panti asuhan yang merawat mu?" tanya Dimas menatap si gadis yang melahap nasi goreng dengan cepat.
"Aku Raina, aku tinggal di Panti Rasa sayang" Raina takut akan diperlakukan kasar sama seperti orang tua nya memperlakukan dirinya dulu.
"Panti rasa sayang? Bukankah itu sudah digusur Minggu lalu?" batin Dimas menatap iba gadis di depan nya, tak terkira berapa tahun dilewatkan gadis itu tanpa kedua orang tua.
Sama seperti dirinya yang ditinggalkan oleh kedua orang tua nya ntah kemana. Merasa memiliki banyak kesamaan, Dimas mengatakan kata-kata yang selalu gadis itu dengar setiap kedatangan orang dewasa ke panti.
"Kamu mau jadi anak ku?" ucapan Dimas membuat air mata Raina lolos keluar, ia berterima kasih berkali-kali pada Dimas.
"Aku- aku mau" Raina mengangguk sembari mengusap air matanya.
Meski Dimas tau akan sulit mengadopsi seorang anak karena belum menikah, ia yakin 0,5% pasti bisa. Secara ekonomi ia mampu menghidupi Raina, dan ia juga butuh teman untuk tinggal dirumahnya ini. Proses demi proses terjalani, Dimas memperkenalkan Raina sebagai anak angkat nya pada sepupu, paman dan bibi jauh nya. Dimas juga sudah mendapatkan surat izin pengangkatan anak dari Instansi Dinas Sosial.
Kini Raina sudah sah menjadi anak angkat Dimas dan tinggal bersama. Raina yang sempat putus sekolah kini melanjutkan kembali sekolahnya. Dimas memenuhi kebutuhan sehari-hari Raina tanpa kekurangan apapun. Tak hanya itu, Dimas juga melindungi Raina dari perundungan disekolahnya, merawat saat sakit, dan banyak hal lainnya.
Tak terasa Bulan puasa berlalu berganti dengan hari raya idul Fitri. Mereka berdua pergi ke rumah tetangga untuk bersilaturahmi sekaligus memperkenalkan Raina. Rasa bahagia selalu menyambut hari-hari mereka berdua, pergi sarapan bersama, makan malam bersama, dan berlibur ke berbagai tempat membuat kenang-kenangan yang tak akan pernah terlupakan.
Dalam menghadapi hidup kita harus banyak bersabar, terkadang kita tak sadar banyak orang di sekitar kita memiliki masalah jauh lebih sulit dari diri sendiri namun, mereka tetap tegar menghadapi masalahnya. Menolong seseorang dapat menambah amal kebaikan dan membuat orang lain bahagia, tolong-menolonglah sesama manusia sesuai kemampuan masing-masing.
TAMAT
Selasa, 06 desember 2022
ANGGUN SALSABILA MUSTIKA atau kerap disapa SALSA adalah seorang pelajar kelahiran Jakarta, 20 desember 2007 yang memiliki cukup banyak waktu untuk berimajinasi, menggambar dan membat cerita. Salsa pernah mengikuti lomba cerpen disekolahnya, meski hanya mendapat sertifikat rasa semangat masih menggebu-gebu dalam dirinya. Ia bercita-cita menjadi seorang komikus dan juga animator, dari awal ia tertarik untuk masuk SMK jurusan Animasi. Untuk mendorong hal-hal itu dibutuhkan sebuah cerita sebagai pendamping karena tak mungkin membuat komik tanpa alur. Jika ingin mengenal Salsa lebih dalam kunjungilah Instagramnya @pak.iki_nya .
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024