Puisi : Dian Akinda |
Perantauan
Saya tak habis berkali pikir
Bagaimana nanti ditanah seberang
Sendirian
Hanya sepi tak ada canda apalagi gurauan
Semua berlangsung khidmat
Sekedar tanya bukan apa apa
Tapi bahaya sedang di ujung gada
Sekali salah badan rata
Ampunilah diriku
Saya disini sekedar tamu
Yang meracik hidup dengan banyak temu
Sebelum akhirnya pasrah
Pamit pulang walau hidangan
Belum tuntas dihabiskan
Saya disini sekedar tamu
Menanti kapan kata kata dalam bicara
Kelu, tuntas di perapian waktu
Entahlah,
Semoga kau dan aku
Bertemu, dalam garis janji
Tali pusar yang ku ucapkan dahulu
Jember 2022
Rindu
Perpisahan adalah kebun rindu
Yang buahnya gairah temu
Marilah kita pupuk dengan rasa
Biar tumbuh di depan mata
Jarak adalah api kenangan
Yang sumbunya pertemuan
Kau tak henti-hentinya menabrakkan
Gemuruh diantara lalu lalang bis yang menapak aspal hitam
melukis peta-peta perjalanan
Bagiku, katamu
Kau sesederhana bunyi alarm
Mengingatkan algoritma waktu
Perjumpaan kemaren tetaplah pakaian hari ini, esok bagi frame wajahmu
Jember, 2022
Pesan Ibu
Capucino di gelas putih terang
Terselip wajah ibu melukis rambu-rambu
Jalan bagi anaknya di perantauan
"Nak! Hati-hati di jalan, tak ada yang aman Pembatas desa pun terkadang setan, langitkan segenap tujuanmu rebahkan nafsumu, tak ada yang tau di lumpur mana kau akan jatuh" ucapnya
Jember, 2022
*Dian Akinda, lahir di Pulau Giliraja Sumenep. Kuliah di UIN Khas Jember, Jurusan Sejarah Dan Peradaban Islam. Alumni Nurul Huda II, dan PP. Annuqayah Lubangsa Selatan. Anak Asuh Sanggar Basmalah.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024