Biarkan Raga ini Berlalu
Tampak kusut wajahmu malam ini
Senyummu suram redup tak bermakna
Matamu berkaca-kaca oleh tenunan air mata suci
Suci nan tulus iklas dari jeritan hidup yang penuh rahasia
Begitu indah pelangi di pagi buta
Semerbak wangi dedaunan dalam genggaman embun
Dan senja dengan nuansa jingganya damai menyelimuti dunia
Begitulah ku ibaratkan arti hadirmu yang anggun
Namun ku pinta maafmu malam ini
Yang tak mampu menghapus air matamu
Yang tak mampu mendamaikan hatimu
Yang tak bisa menemanimu menangis
Yang tak mampu merangkulmu untuk berdiri tegak
Wahai Enu…
Kembalikan senyum terindahmu malam ini
Seperti malam-malam kemarin
Kembalikan wajah anggunmu malam ini
Seperti ketika ceriamu mengajakku bercanda
Oh, Enu
Seberkas senyum yang pernah kau titipkan pada arakan senja kemarin
Kini merasuk meramu detakan jantungku menjadi satu harapan
Harapan yang belum pernah ku dapatkan sebelumnya
Lalu pintaku, hapuslah air mata yang mengotori pipi meronamu
Sebab itu mengotori harapanku menjamu hari terindahku
Antara Kesendirian Dan Kata Rindu
Kesendirian bukanlah penjara
Sebab, ia juadah kalam merdeka
Balada panjang kasihnya
Dialog sujud tanpa penghalang
Kesendirian adalah gapura
Batas-batas tidak berpenghambat
Telaga pembasuh jiwa
Nyanyian pesta penghambaan
Di malam-malam panjang
Kesendirian adalah pencarian,
dalamNya
Rinduku bukan kata-kata
Kata-kataku adalah rindu
Menjangkau jantung hatimu kasih
Kata-kataku bukan rindu
Rinduku bukan kata-kata
Rinduku adalah aku
Aku yang merindukanmu
Lalik Kongkar, Peneliti di Lembaga Survei Demokrasi Indonesia Bangkit dan Pemerhati Pembangunan Desa Minat Kajian Politik Sastra dan Filsafat
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313