PEMBURU LAUT 2
Oleh: Christya Dewi Eka
kelasi, kelasu,
apa lagi yang kau cari di sini,
bukankah dara-dara kami sudah kau boyong ke kapal-kapal?
dan di antara pohon-pohon cengkeh sudah kau letakkan sangkur?
padahal dulu,
kedatangan kali pertama,
seluruh gempita terpancar dari laguku,
menyambut tiang buritan membelah kaki langit,
seumpama melihat selendang bidadari pembawa berkah,
kita bercengkerama dalam gelombang dan pasir,
seperti masa sebelum nusa terbagi-bagi,
tak peduli pasang surut,
di balik layar kapal,
cinta terpaut
kepada paman nelayan dan bapak tua pembuat kapal,
kau tebarkan tuba-tuba,
hingga ikan-ikan menggelepar,
dengan mata melotot memandang langit,
dan badan berkelojot menguar bara,
lihatlah arwah makhluk laut,
didera putus asa,
jaring yang tergantung,
menjadi tempat peristirahatan terakhir,
sebelum ruh-ruh alam baka menjemput
kelasi, kelasu,
musim panas di negeri tropis selalu berdebu,
menyisakan malam penuh candu,
bukan madu, seperti sangkamu
dan menerbitkan siang penuh rayu,
seperti panggilan berperiuk-periuk sopi,
zoopje, begitu katamu
sehingga kapal kau sandarkan,
pada bahu berbau aren
“nyonya-nyonya dan nona-nona cantik penjaga pulau,
perlukah laut membalas tanya,
sedangkan hari sebentar lagi buta,
malam ini bulan mati,
bedil kami tegak siaga,
sembunyilah,
sebelum habis waktu,
usai nyawa dalam detik,
kutuk memutari kota,
menerobos pagar-pagar yang mengadang,
ke mana peluru ini bersarang,
di situlah kembara cintaku menjelang:
selamat tidur panjang!”
Semarang, 18 Agustus 2023
Christya Dewi Eka, lahir di Jakarta, sekarang berdomisili di Semarang bersama 7 buah hatinya, lulusan Fakultas Sastra Indonesia Universitas Diponegoro Semarang tahun 2003. Beberapa karyanya dimuat dalam antologi puisi, media cetak, dan media online.
Email: christyadewieka@gmail.com
Facebook: Christya Dewi Eka
Instagram: @christyadewieka2020
WA: 088239408965
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024