Ilustrasi nestapa lelaki (dok. pinterest) |
pada bening embun dini hari di pelataran
candi,
di bawah bulan menatap geli, senyumanmu
terlihat rapi
dalam lipatan-lipatan yang tak mampu ku
hitung lagi.
di pelataran candi ini –pada sebuah
masa, pada senukil memori-
kita pernah bersama mengasah pisau hati.
sampai
sedemikian tajam untuk mengiris cabe,
bawang, strawberry
kehidupan dari kelahiran ke kelahiran
kembali.
“mungkinkah nanti kau akan melukai?” aku
bertanya usai
longgarkan dasi dan kibarkan
panji-panji.
senyummu mengembang serupa bebunga padi,
tak ada jawab hanya lesung pipi
datang-pergi
seiring bibirmu yang lalu berkisah
tentang dewa-dewi,
pangeran dan putri, serta anak-anak yang
berbakti.
“andai istana surga adalah mimpi, lalu
untuk apa pisau hati
kita asah berkali, berkali, berkali?”
engkau tak memahat jawab senyummu
terlihat lagi
pada bening embun dini hari di pelataran
candi.
Bajangratu,
2020-2023
________________________
Anjrah Lelono Broto, aktif menulis esai, cerpen, serta puisi di sejumlah media masa. Tengah dirudung bermacam problema dan merasa sangat terbantu jika ada yang sudi-sedia memberikan transferan. Kontak FB: anjrahlelonobroto, dan Whatssapp: 085854274197.
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313