Ahmad Z Ujung
MANDALIKA DALAM LEGENDA
Tersebut kisah dahulu kala
tentang seorang raja bernama raden panji kusuma
memimpin rakyat dengan bijaksana
makmur bahagia tiada derita.
Raja bahagia tiada tara
akan lahirnya putri jelita
dijaga penuh dengan tulus cinta
diberi nama putri mandalika.
Purnama berjalan mengganti masa
mandalika tumbuh beranjak dewasa
berparas cantik menjadi dara
sopan peringai santun sikapnya.
Banyak raja menaruh asa
berharap balas untuk dicinta
mandalika menolak dengan senyumnya
membuat para raja menjadi murka.
Cinta menjadi sebuah dilema
menjadi penyebab huru-hara
mandalika mengambil langkah bijaksana
pergi bersemedi ke belantara.
Waktu yang ditunggu tibalah juga
sebelum pagi datang meraja
di tepi pantai berkumpul bersama
menunggu putri tentukan hatinya.
Mandalika teguh angkat bicara
menerima semua pinangan raja
meninggalkan dunia ke dalam samudera
menebus cinta dengan raganya.
Sudah menjadi takdir dewata
mandalika jelita berubah rupa
menjadi nyale berupa warna
tak pernah hilang didalam jiwa.
Mandalika adalah representasi fakta
bahwa cinta tidak dapat dipaksa
mandalika adalah kaca
untuk kasih sayang yang sebenarnya.
(Cerita Rakyat Dari Nusa Tenggara Barat)
Ahmad Z Ujung
NANGKENDAREN (CIDO-CIDO KALIKI)
Aku mendengar sebuah legenda
tentang seorang raja yang bijaksana
memimpin rakyat dengan wibawa
makmur bahagia tiada derita.
Raja bahagia tiada tara
akan lahirnya putri jelita
dijaga penuh dengan tulus cinta
tiada sedetik lepas kasihnya.
Suatu malam saat purnama
raja bersila di bale istana
berteman Bintang di cakrawala
bersama putri bercanda ria.
Raja berdendang selaksa jiwa
lantunkan nada di mayapada
sebagai bentuk ungkapan rasa
kepada putri buah hatinya.
Cido-cido kaliki urat ni tabunggala
indah menguntai syair irama
terlelap tidur putri dan raja
malam meninggi tanpa terasa.
Menurut tutur cerita
angin berhembus dengan kencangnya
sang putri terbawa tinggalkan raja
dibawa angin menuju angkasa.
Sang raja bangun dari lelapnya
terkejut luruh tidak percaya
putri tercinta telah tiada
meronta sesal membunuh jiwa.
Sampai di bulan putri terjaga
menangis sendu rindukan raja
berkat mukjizat yang Mahakuasa
putri jelita berbadan dua.
Suatu ketika putri berhias raga
sambil memangku buah hatinya
tanpa diduga tiada disangka
cucu sang raja lepas dari tangan ibunya.
Sebelum sampai ke mayapada
cucu sang raja berubah bentuknya
menjadi kelelawar bukan lagi manusia
kisah berlanjut menjadi cerita.
Kelelawar ingin kembali ke angkasa
apa daya mentari sudah meraja
kelelawar tidak bisa melihat apa-apa
terbang kembali ke bumi dengan putus asa.
Menurut yang punya cerita
kelelawar akan datang saat purnama
ingin kembali ke bulan menemui ibunya
apa daya ingin kelelawar tidak pernah menjadi nyata.
Begitu juga dengan ibunda
selalu bersabar menunggu cinta
setiap bulan purnama tiba
akan ada sosok bayangan di bulan itulah nangkendaren putri raja.
(Cerita Rakyat Suku Pakpak Dari Provinsi Sumatera Utara)
Ahmad Z Ujung
LAYONSARI
Dan, adakah yang lebih ikhlas dari abdi ?
saat titah peminta di tukar raga.
Adakah rasa yang lebih durjana ?
saat nadi di ikat nafsu.
Adakah hati yang lebih setia ?
dari wanita berkain sutra
menikam belati tepat di dada.
layonsari adalah atma
lebih dari kata cinta
di setiap detak waktu
dia akan menyapa.
Mengembalikan lembaran buku ke halaman belakang
kepada jiwa-jiwa yang hatinya dituruni hujan
kepada jiwa-jiwa yang diselimuti malang.
(Cerita Rakyat Dari Provinsi Bali)
Biodata Penulis
Ahmad Z Ujung, Seorang Guru kelahiran
Sidikalang 21 Maret 1989. Penulis buku Muatan Lokal Bahasa Daerah Pakpak untuk
kelas IV.V DAN VI, penulis buku Jejak dan Sejarah Suku Pakpak. penulis buku
Gema Lobat Tanoh Sulang Silima, Penulis buku Sang Peneroka di Negeri
Andalas.
Karya-karyanya berupa puisi dan cerpen
tersebar di sejumlah media massa seperti Media Indonesia, Lombok Post, Sinar
Indonesia Baru, Suara Merdeka, Harian Analisa, Majalah Sempadan Balai Bahasa
Sumatera Utara, Kantor Bahasa Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Harian Waspada.dan beberapa media
online lainnya.Sekitar 20 buku antologi bersama telah diikuti.
Menamatkan studi S1 Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Universitas Negeri Medan(2012). Selepas tamat, sempat menjadi
pendidik muda di pedalaman Asmat, Papua(2013-2014). Kini, mengajar di sebuah
Sekolah Dasar di Dairi sebagai wali kelas V.
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313