Aku Budakmu
Tubuhmu layaknya kapal karam yang kurengkuh
Dan kembali berlayar penuh gairah
Jiwamu pekat meronta terjamah naluri
Berkilauan aroma jiwamu yang telah kuteguk
Setiap celahnya kususupi tanpa menyisakan kosong
Kuhisap pusar rahasiamu hingga terkuak misteri
Kita dilimbur dosa masa gemilang
Sirna bebutir gerimis memper-kuyup kecup
Sirna getir tangis dan dengus nafas gugup
Kuhalau beku menggumpal sedu dan sengal
Tipu daya asmara mengidap kita dalam amnesia
Setia melayanimu bagai budak rampasan harta
Surabaya, 2014
Dalam Satu Jiwa
Kasih kesah jiwa merangkak menggapai ruhmu
Bertaut ombak pasang
Kubaluri pasir menyerpih ceruk jiwamu
Curammu berbuih terhempas terlepas
Fajar segera sirna, senja segera sampai
Persemayaman duka pengembara
Lorong gulita menerka suara
Peramlah cahaya fajar terujung kaki langit
Kusemat di nafasku
Menyisakan selat menyusut semata kaki
Denyut nafas bersua bukit hening
Menyisakan mata air letih terbaring
Luka pulih segalanya kembali asing
Kita bagai lahan yang tabah
Bersemayam mekar dua jiwa
Saling butuh menjadi satu jiwa
Surabaya, 2014
Kangen
Karena aku kangen padamu dan kau juga kangen padaku
Maka kita bisa saling menyatukan kedua sisi yang berbeda
Kita berbual janji yang paling tak mungkin,
Tetap manis di telinga, bibir, dan pelukan
Kita buat semua orang memejamkan mata
Agar bualan janji kita tetap sakral
Agung seperti malam, yang kerlipnya selalu tak terduga.
Kita bisa menghitung seberapa cepat degup kita
Bila kita dapati irama yang sama, antara degubku dan degubmu,
Pastilah kau dan aku memang terlahir untuk bersama
Kerinduan ini. seandainya diberi benang kemudian direntang,
Mungkin jauhnya akan mengelilingi bumi.
Seperti puncak tertinggi,
Disinari matahari dan dicahayai bulan pada detik yang bersamaan.
Semua orang memang sebaiknya memejam
Singapura, 31 Agustus 2014
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024