Kemelut Maut
Simak mengeja nama bahasa kata
Cermin memantulkan batin satu malam buta
Terjaga gaung kata terisak tangis
Mumpung hujan murung
Rahim rindu menunggumu di pantai landai
Berpaut tangan kubur tua
Pencipta jazirah cahaya
Mendung masih menggantung usah ditunggu
Lama dirimu diperam larik kembali pejam
Ambyar menjelma serbuk asa
Butirnya berkilau ragu dan risau
Meletik dan lindap kembali
Degup bersemayam kemelut maut
Surabaya, 2014
Jalan Puisi
Hujan yang terujung menjatuhkan diri dini hari
Kemarau kehilangan dahaga
Likat ruhku bangkit menggeliat
Pucuk daun berseri kuncup kembang
Bergaun warna-warni gelak dan gerak
Hatimu senantiasa terbuka
Muskil dirimu kenali gusar dan gemetar
Hendak menyentuh selaput lembut paling peka
Sedang seinsan diri membentang kalbu
Langit telak teduh teruntuk
Melepuh ngilu merawat yang tersayat
Dalam pesta bulan purnama nestapa terkapar
Dihajar pijar cahaya kasih
Aku minta diantar ke hatimu
Keindahan puisi adalah jalan untuk mencapainya
Pengembara Fatamorgana
Rumpun perdu membelai belikat hati
Mekar gemetar layu luka hatiku
Dirimu terpahat kekal kuingat
Tanpa sesal kata telah memilih maknanya
Lingkar langit riak rinduku
Palung dera buku batinku
Huruf pucat selayaknya nubuat penuh olehmu
Meniru pohon gugur daun mendamba hujan
Masa lalu jiwaku kuyup menjelma suara
Menggelimang kesepianku menggeliat gamang
Aku bagai penyihir ringkih
Pengembara yang gampang terkesima
Menyusur bibir alur sungai dalam arus fatamorgana
Mendekap harap terberai kerikil mustahil
Surabaya, 2014
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024