Jalan Sunyi
Kematian telah mengantarku menuju temaram
Telah lama dimabuk kegilaan mengejar dunia
Pekat kemarau tinggal dahaga merantak senja usia
Dalam bayang malam tersiksa berkayuh sendirian
Suka ria hari itu di antara orgasme maya yang semu
Angkat aku, selamatkan aku
Kepakkan sayapku kembali kokoh bagai naga di angkasa
Jalan sunyi ini mengajariku
Menuju rumah bahagia sesungguhnya
Surabaya, 2014
Gemerlap Fatamorgana
Lorong badai dalam hati
Kikis tajam ambisi yang tersimpan rapat
Berlari-lari liar setiap sunyi
Meronta-ronta di jeruji hati
Hingga usai pada sebuah titik terang
Sampai cahaya menemui sampai maut mengintai
Terbiaskan pancaran gemerlap fatamorgana
Kebersemanyaman peristiwa-peristiwa berlalu membisu
Denting waktu berputar hanya tertinggal sunyi
Sibuk mengunyah kelakar mengumbar keinginan
Sibuk menuai riuh kata pujian
Hingga tersadar telah berpijak dalam kabut mengintai maut
Surabaya, 2014
Menyandarkan Keabadian
Malam menjadi elegi
Bungkam diam mendobrak tirani
Mengunci pintu dari para serapah
Udara melaju menenggelam sumpah
Kendatipun memerdekakan nurani yang terjarah
Hampa belaka aku layarkan arah
Pada ujung silau matahari terbit sepotong rindu
Pada kesunyian dan meninggalkan jejak bisu
Di antara belantara kepingan indah
Pahit rinduku sekaran malam
Rinduku memantik tunas menyisakan napas
Berpaling sejenak dari hiruk dunia
Air mataku berhembus dan penasaranku tuntas
Di sinilah aku menyandarkan keabadian
Surabaya, 2014
Terlahir Pagi
Sederet jarak antara beku dan terik
Antara kelungrahan garis senja dan rindu
Mengelam angan terlalu mengigau tinggi
Yang semakin mendaki menyisakan napas sengal
Sederet waktu rindu mengendap
Seulas senyum teduh hanya mampu ku ucap sendiri
Dari kejauhan dari kesunyian
Sederet harapan bersemayam ufuk senja
pada sosok di balik jendela
Kunanti di ujung senja hingga terlahir pagi
Surabaya, 2014
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024