*M. Unais
KIDUNG PETANI
Cangkul yang kubawa dari ketulusan jiwa
Adalah penanda dari sekian petak tanah sunyi
untukku ladang dengan ketabahan,
kendati sejauh langkah memandang di kerindangan harapan.
Ya, akan kucangkulkan sekuat tangan
Memegang penuh ketulusan, menepi pada bongkahan tanah yang mulai
menimbuni satu-persatu peluh masa lalu.
Sekilas nyeri terlintas di tubuh penuh bara.
Sebab, setiap benih yang ditanam pada ladang jiwa
adalah bait-bait doa yang menyimpan senyum paling bahagia;
sanak keluarga.
Kepada tuhan kulempar doa-doa harapan.
Kepada tanah kulempar senyum paling abadi,
Semoga setiap cangkulan yang kualunkan
Memecah tanah, subur dalam ketenaran dada.
Pada tubuh kekar yang gemerlap dengan keringat tua.
Tanah menjelma satu-satunya harapan
menjadi tempat berpulang paling dirindukan
sebelum waktu berkarat mengajak semua orang untuk beristirahat.
Percayalah, aku sudah lama hidup sebagai petani,
Meski kata-kataku tak gelegar bunyi cangkulku.
Juga harapanku tak sedalam tanah yang menimbuni bibit jiwa.
Dongen-dongeng tentang petani yang bercengkrama dengan keras tanah di ladang
Bertaburan di hamparan ladang harapan.
Bertahun-tahun sudah aku merentang jejak di tanah, batu dan sumber mata air kehidupan.
Sekian lelah, sekian putus asa telah kuhafal hingga jadi sesak dalam jiwa.
Tanggal-tanggal telah mencatat tentang petani yang menunggu hujan tak kurun datang
Hingga jiwanya hampir pupus di telan musim
Tapi di setiap nafas yang dihembuskan para petani,
Ditengah ladang adalah tempat mengais segala rahmat tuhan
Tak terkecuali cuaca menentang, angin, petir, bahkan maut hampir menerjang
Semua tak di hiraukan.
Sesekali jiwanya berkata,
ladang adalah tempatku menanam harapan di sejuta kerindangan doa-doa.
Setelah berlembar-lembar puisi kularungkan dalam jiwa petani, dan semakin jauh; tentang perjalan ke ladang garapan.
Sampai disini, petani adalah lumbung kegigihan, tiada henti merapal musim hingga sulut di jiwanya tak pernah layu ditelan panasnya musim kemarau.
Dan hujan tak membuatnya rapuh digerumuti kedinginginan masa.
Sumenep, 20 Maret 2022 M.
SYAIR SANTRI
Saalikun ilal Aakhirah
O, Jalan suci
Setapak kaki menyisakan rintih tak berduri
Kami lewati dengan asma Tuhan yang bermucikari
bersama gemuruh zikir
Melintasi jejak pikir
Mengusaikan jalan penuh kerikil.
Naaibun ‘anil Masyayikh
O, kamilah santri
Pencari hakikat dan jati diri
Penerus jejak para kiai.
Tatkala Nazaman kami sebut bertalu-talu dalam hati
Kami beranjak dari jutaan dungu yang terpatri
Menjadikannya alunan doa yang tak jera dalam hati.
Taarikun ‘anil Ma’aashi
Ketika debur ombak tak lagi menjadi suci
Kami para santri
Mengeratkan hati, merapatkan doa
Menanam harap dalam berjuta aksara
Hingga subur dada
Mampu menyejukkan berjuta jiwa.
Raaghibun fil Khairaat
Ya Allah
Tatkala nafas kau tiupkan dalam raga kami
Sungguh, tiada besar kutemui kecuali kekuasaan-Mu.
Zikir-zikir kami lantunkan
Doa- doa kami panjatkan
Mengiringi segala kebesaran
Yang tiada habis kami rapikan dalam sejengkal isakan.
Yarju Salaamah Fiddini was Dun-yaa wal Akhirah
Dengan harap yang tak pernah padam ditelan usia,
Kami tanam doa-doa di pinggir dada
Menyiramnya dengan alunan zikir nan indah
Mengharap sejuk rimbun dari suburnya doa-doa
Begitulah seorang santri
Bersemayam dalam zikir dan harap tiada henti
Bernostalgia dengan lantunan nazam para pecinta Ilahi
Yang tak pernah lepas cintanya pada negeri
Yang tak pernah dangkal imannya pada Rabbi
Hubbul Wathan minal Iman
Cinta tanah air adalah sebagian dari iman.
Kamilah santri
Kamilah pilar tegap negeri.
Sumenep, 2021
JULI PERTAMA
Hentak mimpi seperti tak bertepi
Angka tunggal tengah berapi
Mengalokasikan suara hati
Menenangkan gigil sepi
Oh, juli
Kita bertemu kembali
Suaramu seakan mengalir di mimpi
Meneguk semangkok angin yang berbias sepi
Oh, pertama
Angka tak disangka
Lurus seperti tak memiliki sudut peka
Tapi datangmu cukup mengeluhkan dada.
Sumenep, 2020 M.
*M. Unais, Kelahiran Tamidung, Batang-Batang, Sumenep Madura, 2000. Alumni PP.Annuqayah daerah Lubangsa dan Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika). Penulis bisa di hubungi mohunais5@gmail.com, @em_unais.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024