:Gimien Artekjursi
TAK ADA TAHUN YANG BARU
sungguhkah tahun ini berganti baru?
selain matahari yang tiap terbit di ufuk timur
dan terbenam di cakrawala barat
tak kulihat tanda sekedar rambu pembeda
kulintasi
hamparan rumput, ranting dan guguran daun
semua yang ada kini
adalah yang kemarin
yang selama ini menjejali musim-musim hidupku
setiap hari kakiku masih basah oleh embun yang sama
yang sangat kuhafal sejuknya
dan di angkasa burung-burung mengepak
dengan sayap yang itu-itu juga
dengan kicau yang sama menerobos ranting-ranting daun
lalu dimanakah tahun yang konon baru itu
selain angka-angka di dinding
yang harus kita tandai dengan warna berlainan?
angin terus saja bertiup seperti biasanya
dan wajahku dihembus sejuknya
seperti ketika kakiku baru belajar menapak
sekali waktu ketika kubuka jendela
kulihat bunga-bunga bergantian berkembang atau berguguran
seperti musim hujan dan kemarau
yang juga hadir silih berganti
mewarnai pekarangan rumah dan jalan-jalan yang kulalui
jika musim panas dan hujan masih saling bergantian datang
debu-debu kemarau menghilang terhapus tetes hujan
dari pandanganku matahari bergeser terbit dan terbenamnya
ke utara dan selatan
tapi tahun-tahun yang menggelinding
bagai dalam gumpalan
waktu demi waktu
serasa tak berbeda sedari dulu
jadi apa yang baru?
yang berganti dan berbeda?
tak pernah kulihat pergantian itu
tapi selalu sekali waktu di jalanan
orang-orang bersorak
menyalakan bunga api
tertawa-tawa
seolah-olah bersungguh-sungguh
meninggalkan suatu yang lama
dan seolah-olah telah menemukan yang baru
yang sama-sama tak pernah bisa mereka cecap dan raba
sayangnya aku tak bisa berpura-pura seperti mereka
karena hari ini, seperti kemarin
aku masih melewati pematang yang sama
yang tak pernah dibajak para petani
(agar bisa digunakan melintas dari petak ke petak)
tak peduli dengan tahun
akan berganti dengan yang baru
atau masih berkubang di tempat yang lama
aku tak peduli
meski aku tahu waktu senantiasa berjalan
dengan melihat tunas-tunas yang terus tumbuh
berbuah dan dituai
dan ketika bercermin
kulihat rambutku yang dulu sehitam jelaga
kini hampir rata memutih beruban
tapi aku tak peduli dengan tahun
akan berganti dengan yang baru
atau masih berkubang di tempat yang lama
aku tak peduli
karena kini yang kunanti
bukan pergantian tahun, cuaca atau musim
bukan
Kumendung, 31 Desember 2023
Gimien Artekjursi, lahir 3 Agustus l963 di Banyuwangi. Menulis puisi di media cetak dan on line di Indonesia dan beberapa antologi bersama.
WA: 085333554684
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313