PUISI-PUISI YOGA DZULKARNAIN
EDELWEISS
-alawiyah
bunga itu aku temui
di matamu, di bibirmu,
di senyummu, di hidungmu
bahkan nyaris di sekujur tubuhmu.
aku merasa ada Tuhan bersembunyi di sana
dan memanggilku:
“Kemarilah.
Peluklah. temui Aku di tubuhnya, seraya surga bagimu”
termenung aku di pundak jendela:
“Edelweiss,
bungaku…”
Bandung,
2024
TANAH
LAPANG
di
tanah lapang itu
anak-anak
sedang menumbuk waktu
sesekali
mereka saling kejar
dengan
cintanya masing-masing
tak
ada penat bagi mereka
tak
ada jenuh bagi kami melihatnya
mereka
hidup dalam bingkai keserumpunan tanah lapang
di
mana cinta, rindu dan kepiluan mereka pungut sesukanya
ya,
di sana bukan hanya sepetak tanah
yang
mereka buat ladang petak-umpet
atau
benteng-bentengan
bukan
wahana atau tempat hiburan
apalagi
tempat pelarian
mereka
anggap tempat ibadah tersuci
yang
bertuhan pada angin
pada
pohonan dan bebatuan
di
sana mereka tertawa berjamaah sepuas-puasnya
berlarian,
berlayang-layang, melempar sendal,
berebutan
pohon mangga
yang
mereka anggap istana kerajaan,
hingga
tumbal-menumbal teman
demi
hasrat terlapangkan.
jangan
mengharap tangis di sana
sebab,
mereka tak punya waktu
untuk
luka atau semacamnya
tak
terlepas dari gembiranya
di
kejauhan terlihat sebatang kayu panjang
di
tangan seorang ibu
maka
berubahlah raut wajah tanah lapang itu
tampak
murung dan lesuh berpeluh-peluh
tanah
lapang pun ditinggal sendirian
tanpa
ada siapa-siapa, hening;
lalu
ia nyenyak dalam kesunyiannya, dingin;
tinggal
remang-remang dan sepoi-sepoi angin
namaun
ia bakal tetap jumawah
sampai
nisan-nisan mereka mematung di atasnya.
Bandung,
2024
UTOPIA PADA TUBUHMU
Pada tubuhmu
aku ingin narasi lebih lama
aku ingin sedih lebih ramah
& aku tak ingin kapal-kapal itu
berlabuh padamu
cukup aku dan perahuku
Tuhan yang bersemayang di pelipis matamu
menolak nyenyak malam-malamku
Mungkin, aku bakal tanggal dalam pelukanmu
tempat tersorga bagi tubuh-tubuhku
Bandung,
2024
RUBAIAT DI
KENING MALAM MINGGU
/1/
Di kening malam minggu
aku menyeduh pekat waktu
ada sebuah kehangatan di sana
entah apa itu, mungkin Tuhan sedang
menyapa
kusimpan sejenak beberapa obituari di
atas meja
bersama lembaran-lembaran peristiwa
juga tak lupa ada dompet disana yang
hanya berisi mimpi;
mimpi yang terparkir di dalamnya
Ada banyak cakap yang tak terasa cukup
dari sebutir katamu yang tak berhasil
kukecup
di mana pada setiap ceritamu yang penuh
alur
aku mencoba untuk lembur tanpa merasakan
libur maupun tidur
/2/
di kening malam minggu
ada sepotong cerita di atas meja
tentang seorang wanita yang sukar berkata-kata
di atas meja itu
malam minggu selalu merindukan minggu yang lalu
di mana kopi buatan ibu sering membuat cemburu
wanitaku
cakap-cakap itu terus terngiang-ngiang di kendang
telinga waktu
hingga subuh membangunkan tubuh
namun semenjak kepergianmu
pelukan Tuhan pun terasa angin hilang membekas
dulu kau buat libur tidurku
sekarang aku telah tidur dalam liburmu
/3/
Kembali
lagi di pangkuan kening malam minggu
rumah
dari segala kepenetan & seluruh kegalauan
Meja-meja
tak lagi menghidangkan percakapan
tak
ada lagi gelak-tawa tumpah
apalagi
secangkir kisah yang menghangat pada kepala
Di
kening malam minggu yang baru ini
&
yang telah jatuh tempo hari , aku tetap memikul beban sepi
Sudah
sepantasnya hening berumah di pundakku
keramain
& luka-luka yang berlarian
biarlah
bernyanyi di panggung pesta perkawinan
Di
kening malam minggu
kata-kata
mengalami kemacetan parah
sebab
di depan sana ada kecelakaan antara temu & waktu
tak
ada korban atau kerusakan di anataranya
namun,
tiba-tiba kopi buatan ibu mengatasi bahala itu. ah, syukurlah…!
Memang
sungguh,
di
kening malam minggu itu
tanpa
kasih kopi buatan ibu semua bakal celaka & berbau
atau
bahkan tak ada lagi minggu-minggu yang baru.
Bandung,
2023
*) Yoga Dzulkarnain. Pemuda kelahiran Sumenep Madura Jawa Timur. Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Alumni PP. Annuqayah
Lubangsa, MTs 1 & MA 1 Annuqayah. Salah satu Kontributor Puisi pada Antologi Puisi
Dari Negeri Poci Ke-11 KHATuLISTIWA (Jakarta, 2021), Antologi Puisi Dari Negeri Poci
Ke-12 RAJA KELANA (Jakarta, 2022), Antologi Puisi Dari Negeri Poci Ke-13
KULMINASI (Jakarta, 2023).
Antologi Puisi
Nusantara (Indonesia-Malaysia-Singapura) ‘Identitas, Kemanusian, Kampung
Halaman’ (2023),
Antologi puisi 154
Penyair Indonesia ‘Upacara
Tanah Puisi’ (2022)
dll. Karya-karyanya
dimuat di beberapa Media Online, Majalah, Surat Kabar/Koran Harian dll. Bisa
dihubungi lewat WA: 087824917309/Instgram:
@mh.dzlkrnn_/Facebook: Yoga
Dzulkarnain.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024