SURAT DARI JAUH PENDAR MELAYU
Ketika gema subuh menghapus gelap perlahan
Cahaya berpencar-binar di pelupuk mata
Di Langkat berima bukit barisan
Di Medan sisa bulan di Metafora
Ketika suaramu dalam dadaku
Semacam getir rindu di sauh waktu
Kekasih, di sini tawamu nyaring
Di remang riuh angkot dan bis kota
Di sana rinduku kering
Di sela hijaiyyah anak-anak di musala
Bila nanti rinduku dicurah rinai hujan
Biar tumbuh kembang pertemuan
AHAD NANTI
Bagaimana kalau Ahad nanti kita menikah
Aku datang dengan serombong payung berwarna kuning
Pesilat berkuda dari Aru
Penari lentik dari Kuala
Telangkai berlidah manis halua
Dalam tepak kami hidang
Sekuntum puisi yang tak kembang
Kata-kata yang tercebur dalam liang
Sudah lemak ditanak siang
Ditanganku secawan nira
Sepinggan rasidah
Sama manis di lidah kita
Sama berjekat di hati kita
Bila Ahad nanti kita bersanding
Adakah kenanganmu yang selip di kening
Tentang laki-laki yang tak dapat bergeming
Ketika sekujur Inai kita sama menguning
BUKAN SEMBARANG
Ini bukan sembarang pantun
Sama di akhir kata tersusun
Panjang waktu kata ditenun
Tetap dikau jua pucuk disantun
Ini bukan sembarang puisi
Ke dasar malam mencari makna
Bila jadi sebait sepi
Kepadamu habis pustaka cinta
Puisi dan pantunku satu telekung
Rima dan isi saudara sepayung
Pantunku berakit-rakit ke ujung
Puisiku berenang-renang ke tanjung
TAKKAN HILANG ENGKAU DI PUISI
Hei rindu dalam dadaku
Teguhlah teguh dalam sendu
Dengan kaidah nama kekasihmu
Puisi kekal dalam malam
Pantun riak di ombak silam
Seloka pedang cerita dendam
Hei rindu dalam dadaku
Panjanglah panjang nafasmu
Tinggilah tinggi capai ruhmu
Biar pilu sedingin Wampu
Biar sendu sekisah Aru
Biar sepi Kuala lalu
Hanya padamu nanti aku berpuisi
Baik kata yang menangis-nangis
Biar rima yang mengemis-ngemis
Sepanjang aku hidup
Muskil hilang rindu di puisi
MISA
Teduhmu, Misa
Umpama perempuan di lembah Hunza
Memberi perahan hujan raya
Padaku sumur yang dahaga
Dalam napas yang renta
Aku ditekan, dijauhi dan ditepikan
Di deras sungai berhulu duka
Merobohkan kokoh batu dan akar pohonan
Dalam luka malam
Ligat bertabur cuka dan garam
Amis darahku jadi kelebat yang tak mau silam
Lalu, misa
Beri tangkup peluk
Syahdu fatihah yang tak lapuk
YANG BERTUAN DALAM HATI
Kepada Misa
Duhai, senandung beranyam rindu
Berilah daku teguh waktu
Terban perlahan ke landai hatimu
Duhai, puan yang beri warna pada bianglala
Beta papa meratap jarak
Sungguh tak benar beta kelana
Palung nan jauh rindu beta berpijak
Ini kali, bila pun kiranya berubah kelok sungai
Sedari hulu puisi ini telah berhanyut rindu padamu
Sampai nanti, kalau pun berubah labuhan hayatku
Sedari pangkal puisi ini ajalnya milikmu
Medan,
Desember 2023-Januari 2024
MHD. REZY ANGGARA / BOB A
SITORUS lahir
tarikh Januari di Langkat bagian hilir adalah seorang penyair belia yang
menekuni suluk puisi dan kesusastraan sedari bangku kuliah. Kebanyakan puisinya
bersantan Melayu terutama pada puisi-puisi yang terkumpul dalam buku puisi
pertamanya yang bertajuk Haru Hara terbitan Obelia Publisher. Sebelumnya juga
aktif sebagai pegiat Teater dan pelatih Ekstrakurikuler Teater dan Sastra
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024