Madiun, 12 Desember 2024 – Gusdurian Madiun bersama komunitas lintas agama menyelenggarakan acara Haul Gus Dur ke-15 dengan tema "Menegakkan Kesetaraan untuk Kemanusiaan" di Auditorium STKIP Widya Yuwana. Acara ini dihadiri ratusan peserta dari berbagai latar belakang keagamaan, komunitas, dan budaya, mencerminkan semangat toleransi dan keberagaman yang diwariskan oleh Gus Dur sebagai "Guru Bangsa".
Kegiatan dimulai pada pukul 19.30 WIB dengan sambutan dari Haris Saputro, Koordinator Gusdurian Madiun. Dalam sambutannya, ia menyampaikan pentingnya semangat Gus Dur dalam menjaga kesetaraan di tengah keberagaman bangsa. Romo Alex, Ketua STKIP Widya Yuwana sekaligus Kepala Pastoral Gereja Katolik St. Cornelius Madiun, menekankan bahwa Gus Dur adalah sosok yang mempersatukan, tidak hanya umat Islam, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang agama maupun kepercayaan.
Rangkaian acara menampilkan seni dan orasi yang menyoroti nilai-nilai toleransi. Penampilan pembuka adalah sajian eksperimental puisi oleh Fileski Walidha Tanjung yang berkolaborasi dengan Nugroho JKM dari Jaringan Kebudayaan Madiun. Kemudian, orasi pertama disampaikan oleh Dr. (Cand.) Maria M Widiantari dari Universitas Merdeka Madiun, yang membahas pentingnya keberpihakan pada nilai kemanusiaan.
Seni tari dari UKM Tari STKIP Widya Yuwana memperkaya suasana dengan sentuhan budaya lokal, diikuti oleh orasi dari Djaka Saptana, perwakilan Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia, yang menyerukan persatuan dalam keberagaman. Penampilan akapela oleh Titus Wibowo dari JKM dan geguritan oleh Dian Widiyawati dkk menjadi pengantar yang apik untuk orasi Pdt. Brahm Kharismatius dari Gereja Kristen Jawi Wetan.
Puncak acara adalah ceramah dari Gus As’ad, ulama kharismatik dari Pondok Pesantren Al Mujaddadiyyah Demangan, yang mengupas pandangan Gus Dur tentang Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Acara ditutup dengan penampilan stand-up comedy oleh Stanley Indro dari Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia, memberikan suasana ringan dan menghibur untuk para peserta.
Dalam wawancara singkatnya, Fileski Walidha Tanjung, seorang penyair yang tampil di acara tersebut, menyampaikan "Haul Gus Dur ini adalah pengingat akan warisan luhur seorang Guru Bangsa yang tanpa lelah memperjuangkan toleransi dan kesetaraan. Gus Dur mengajarkan bahwa kemanusiaan tidak boleh dibatasi oleh sekat agama, suku, atau identitas lainnya. Dalam keberagaman, kita menemukan kekuatan dan keharmonisan, sebagaimana Gus Dur selalu percaya bahwa perbedaan adalah kekayaan bangsa. Toleransi yang beliau tanamkan harus menjadi obor penerang bagi kita untuk terus menjaga kebhinekaan. Melalui seni dan puisi, saya berharap dapat menyuarakan semangat Gus Dur, yang menginginkan Indonesia menjadi rumah bagi semua."
Acara ini membuktikan bahwa semangat Gus Dur tetap hidup dan terus menjadi inspirasi untuk membangun bangsa yang adil dan humanis. (Tim NK)
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313