005

header ads

 Membaca di Tengah Keriuhan: Sebuah Oase di Lautan Manusia

 


Budaya Membaca 

NEGERIKERTAS.COM - Jakarta, Membaca, aktivitas yang seringkali diidentikkan dengan kesunyian dan ketenangan, ternyata mampu menjelma menjadi pengalaman yang berbeda di tengah hiruk-pikuk kehidupan perkotaan. Bayangkan, membaca karya sastra di dalam kereta yang penuh sesak, di antara desakan tubuh dan hiruk-pikuk percakapan. Bukannya terganggu, justru di situlah tercipta sebuah paradoks yang menarik: kesunyian batin di tengah keramaian fisik.


"Membaca di tengah keriuhan mengajarkan saya tentang fokus, tentang kemampuan untuk menyaring apa yang penting di tengah gempuran informasi yang tak henti.”


Membaca, aktivitas yang seringkali diidentikkan dengan kesunyian dan ketenangan, ternyata mampu menjelma menjadi pengalaman yang berbeda di tengah hiruk-pikuk kehidupan perkotaan. Bayangkan, membaca karya sastra di dalam kereta yang penuh sesak, di antara desakan tubuh dan hiruk-pikuk percakapan. Bukannya terganggu, justru di situlah tercipta sebuah paradoks yang menarik: kesunyian batin di tengah keramaian fisik.


Kehidupan perkotaan modern seringkali terasa seperti pertarungan tiada henti. Kita berlomba dengan waktu, berdesakan dengan orang lain, dan terjebak dalam arus informasi yang deras. Penat, stres, dan kelelahan menjadi teman setia kita. Di tengah himpitan ini, membaca bisa menjadi sebuah pelarian, sebuah cara untuk melepaskan diri sejenak dari realitas yang menekan. Namun, membaca di tempat ramai seperti transportasi umum menghadirkan tantangan tersendiri. Suara bising, desakan tubuh, dan getaran kendaraan bisa mengganggu konsentrasi.


Namun, justru disinilah letak keunikannya. Membaca di tengah keriuhan memaksa kita untuk lebih fokus, untuk menyaring informasi yang masuk. Kita harus mampu membentengi pikiran kita dari gangguan eksternal dan menyelami kedalaman karya yang kita baca. Ini seperti berlatih meditasi, melatih kemampuan untuk fokus di tengah distraksi. Kemampuan ini, seiring waktu, akan terarah dan bermanfaat dalam berbagai aspek kehidupan.


Karya sastra yang berhasil menyentuh pembaca di tengah keriuhan memiliki kualitas tertentu. Ia harus mampu menciptakan "oksigen" di tengah "polusi" suara dan visual. Karya tersebut harus memiliki daya tarik yang kuat, alur cerita yang menarik, atau bahasa yang puitis dan memikat. Ia harus mampu membius pikiran pembaca dan membawanya ke dunia lain, terlepas dari realitas di sekitarnya. Sebuah puisi yang indah, sebuah cerita pendek yang menegangkan, atau bahkan sebuah artikel yang informatif dan ditulis dengan gaya yang menarik, semuanya bisa berperan sebagai oase di tengah lautan manusia.


Pengalaman membaca di tempat ramai juga menghadirkan dimensi sosial yang menarik. Kita mengamati orang-orang di sekitar kita, membaca ekspresi wajah mereka, dan merasakan denyut nadi kehidupan perkotaan. Kita menjadi bagian dari sebuah komunitas yang terhubung, meskipun masing-masing individu terbenam dalam dunia mereka sendiri. Membaca di tengah keriuhan adalah sebuah bentuk kontemplasi yang unik, di mana kita merenungkan kehidupan dan karya sastra secara bersamaan.


Membaca di tempat ramai bukanlah sebuah aktivitas yang mustahil atau tidak menyenangkan. Justru, ia menghadirkan tantangan dan pengalaman yang unik. Dengan memilih karya sastra yang tepat dan melatih fokus, kita dapat menemukan oase ketenangan di tengah hiruk-pikuk kehidupan perkotaan.  


Membaca di busway, kereta, atau MRT bukan hanya sekadar mengisi waktu luang, tetapi juga menjadi sebuah bentuk perlawanan terhadap kebisingan dan kesibukan, sebuah cara untuk menemukan kedamaian batin di tengah lautan manusia. Dan, ketika sebuah karya mampu memberikan "oksigen" di tengah keriuhan itu, maka karya tersebut telah berhasil menyentuh, bukan hanya pikiran, tetapi juga jiwa.

(*)

Erna Wiyono

Visual Artist, Writer, Journalist, Visual Arts Educator, Creative Director, Indonesia Dancer.



Posting Komentar

0 Komentar