![]() |
Kurnia Agung Robiansyah Doa Disaat Sedih dan Ingin Mudah 150 x 200 cm | Acrylic on canvas | 2025 |
Lukisan kaligrafi berjudul "Doa di Saat Sedih dan Ingin Mudah" karya Agung Robiansyah, selaras dengan teks hadits yang menyertainya, menghadirkan refleksi spiritual yang mendalam. Hadits tersebut, diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dari Anas bin Malik, berbunyi: "Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau menjadikannya mudah, dan jika Engkau menghendaki, maka kesedihan dapat Engkau jadikan kemudahan." Kalimat ini bukan sekadar permohonan, melainkan pengakuan akan keterbatasan manusia dan kemahakuasaan Tuhan. Ia menekankan bahwa kemudahan hidup bukanlah sesuatu yang otomatis, melainkan bergantung sepenuhnya pada kehendak Ilahi.
Usaha manusia tetap penting, namun keberhasilan dan kemudahannya tetap berada di tangan Allah SWT. Doa ini mengajarkan kita untuk senantiasa bertawakal dan bergantung kepada-Nya. Bagian kedua hadits, yang menjanjikan perubahan kesedihan menjadi kemudahan atas kehendak Allah, memberikan harapan dan penghiburan bagi mereka yang tengah menghadapi kesulitan. Ini bukan janji akan hilangnya kesedihan secara ajaib, melainkan keyakinan akan kekuatan, hikmah, dan jalan keluar yang akan diberikan Tuhan di tengah cobaan.
Analisis lukisan kaligrafi itu sendiri memperlihatkan gaya yang dinamis dan mengalir, bukan kaku dan statis. Aliran kaligrafi yang berkelok-kelok dapat dimaknai sebagai representasi perjalanan hidup yang penuh tantangan dan ketidakpastian, namun tetap menuju pada tujuan akhir, yaitu kemudahan yang berasal dari Allah SWT. Pilihan warna biru dan hijau muda menciptakan suasana tenang dan damai, mencerminkan kedamaian spiritual dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Biru sering dikaitkan dengan ketenangan batin, sementara hijau muda melambangkan pertumbuhan dan harapan baru. Komposisi lukisan yang asimetris mungkin menggambarkan dinamika kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian, namun kesatuan dan keterpaduannya tetap memberikan kesan harmonis, merefleksikan keyakinan akan rencana Tuhan yang sempurna dan terarah. Meskipun tidak terdapat simbol-simbol eksplisit, bentuk dan aliran kaligrafi itu sendiri dapat diinterpretasikan sebagai simbol perjalanan spiritual, pencarian kemudahan, dan keyakinan akan pertolongan Tuhan.
Karya Kurnia Agung Robiansyah ini berhasil menyatukan teks hadits dan lukisan kaligrafi secara sinergis. Lukisan berfungsi sebagai representasi visual dari doa dan harapan yang tertuang dalam hadits. Ia memberikan ekspresi artistik dari perasaan, keyakinan, dan pengharapan yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, karya seni ini bukan hanya indah secara estetika, tetapi juga sarat dengan pesan spiritual yang mendalam dan penuh makna. Ia mengajak penikmatnya untuk merenungkan keterbatasan manusia di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, serta pentingnya berdoa dan bertawakal dalam menghadapi segala kesulitan hidup. Karya ini secara efektif menyampaikan pesan tentang harapan dan keyakinan akan kemudahan yang datang dari Allah SWT, bahkan di tengah kesedihan dan kesulitan yang mendalam. Ia menjadi pengingat akan kuasa Tuhan dan janji-Nya untuk selalu memberikan pertolongan bagi hamba-Nya yang senantiasa berikhtiar dan bertawakal.
Kaligrafi sebagai Metafora Perjalanan Spiritual dan Dinamika Kehidupan: Lukisan ini tidak sekadar menampilkan teks hadits secara literal. Gaya kaligrafi yang dipilih, dengan goresan-goresan dinamis dan aliran yang mengalir bebas, berfungsi sebagai metafora perjalanan spiritual manusia. Huruf-huruf Arab yang terjalin satu sama lain tidak hanya membentuk kata-kata, tetapi juga menciptakan irama visual yang mencerminkan dinamika kehidupan. Kelokan dan lengkungan yang lembut berganti dengan goresan yang tegas, merepresentasikan perubahan-perubahan, tantangan, dan kesulitan yang dihadapi dalam perjalanan hidup. Tidak ada keseragaman dalam ukuran dan bentuk huruf, menandakan bahwa kehidupan tidak selalu berjalan mulus dan terprediksi. Namun, keterjalinan huruf-huruf tersebut juga menunjukkan adanya keterkaitan dan kesatuan di balik segala dinamika tersebut, menggambarkan keyakinan akan rencana Tuhan yang terarah meskipun tampak rumit. Aliran kaligrafi yang berkelanjutan tanpa terputus-putus melambangkan perjalanan spiritual yang berkesinambungan, sebuah proses yang terus berlangsung dan berkembang.
Warna sebagai Penghantar Suasana dan Emosi: Pilihan warna biru dan hijau muda bukanlah kebetulan. Warna biru, dengan nuansa yang tenang dan mendalam, sering dikaitkan dengan kedamaian batin, ketenangan spiritual, dan refleksi diri. Warna ini menciptakan suasana kontemplatif yang mengundang penikmat karya untuk merenungkan makna hadits. Sementara itu, hijau muda, dengan nuansa yang lebih cerah dan segar, melambangkan harapan, pertumbuhan, dan kesegaran spiritual. Warna ini memberikan sentuhan optimisme dan keyakinan akan masa depan yang lebih baik, bahkan di tengah kesulitan. Kombinasi kedua warna ini menciptakan keseimbangan yang harmonis, mencerminkan pesan hadits yang memberikan penghiburan dan harapan sekaligus. Nuansa warna yang lembut dan tidak mencolok juga merepresentasikan kesederhanaan dan keikhlasan dalam berdoa dan bertawakal kepada Tuhan.
Komposisi sebagai Representasi Ketidakpastian dan Kesatuan: Komposisi lukisan yang tidak simetris dan cenderung asimetris merepresentasikan ketidakpastian dan dinamika kehidupan yang penuh dengan kejutan dan perubahan. Tidak ada keseimbangan yang sempurna, mencerminkan kenyataan bahwa perjalanan hidup manusia tidak selalu berjalan sesuai rencana. Namun, meskipun asimetris, komposisi tersebut tetap memberikan kesan harmonis dan terpadu. Hal ini menunjukkan adanya kesatuan dan keterkaitan di balik segala ketidakpastian, menggambarkan keyakinan akan rencana Tuhan yang sempurna dan terarah, meskipun tampak rumit dan penuh tantangan. Ketidaksempurnaan visual ini justru memperkuat pesan hadits tentang keterbatasan manusia dan kemahakuasaan Tuhan.
Tekstur dan Goresan Kuas sebagai Ekspresi Kejujuran dan Ketulusan: Tekstur dan goresan kuas yang mungkin terlihat sedikit spontan dan tidak terlalu halus, justru memperkuat kesan kejujuran dan ketulusan dalam berdoa dan bertawakal. Hal ini menunjukkan bahwa doa dan ketawakalan tidak selalu harus sempurna dan terencana, tetapi dapat dilakukan dengan tulus dan apa adanya. Goresan kuas yang tampak natural dan tidak terlalu dipoles merepresentasikan kesederhanaan dan keikhlasan dalam beribadah, yang lebih penting daripada penampilan yang sempurna.
Penggunaan Ruang Negatif sebagai Simbol Kebebasan dan Kemahakuasaan Tuhan: Ruang negatif, yaitu area kosong di antara huruf-huruf dan goresan-goresan kaligrafi, juga memiliki peran penting dalam representasi visual. Ruang negatif ini tidak kosong secara makna, tetapi justru merepresentasikan kebebasan dan kemahakuasaan Tuhan. Ia menggambarkan luasnya kuasa Tuhan yang melampaui keterbatasan manusia dan segala kesulitan yang dihadapi. Ruang negatif ini juga memberikan ruang bagi penikmat karya untuk merenungkan dan menginterpretasikan makna lukisan sesuai dengan pengalaman dan pemahaman masing-masing.
Kurnia Agung Robiansyah adalah seniman serba bisa yang berkiprah luas di dunia seni rupa dan arsitektur Islam. Ia memulai kariernya sebagai Art Director sekaligus salah satu pendiri PT. Noqtah Cipta Kreasi, perusahaan dekorasi arsitektur Islam pertama di Indonesia (2005–sekarang). Di Noqtah, Kurnia memimpin berbagai proyek bergengsi, antara lain: rehabilitasi mihrab Masjid Istiqlal Jakarta Tahap II (2013), dekorasi interior Masjid Besar Limbang, Sarawak, Malaysia (2011), elemen dekoratif interior Masjid UIN Raden Intan, Bandar Lampung (2016–2019), dan ornamen architrave Masjid Indonesia di Tokyo, Jepang (2018), serta ratusan proyek lainnya.
Karya-karya Kurnia berpusat pada kaligrafi dan ornamen Islam. Kepakarannya tampak dalam berbagai medium: dekorasi interior tiga dimensi dari logam dan GRC untuk ruang publik, desain arsitektur menara dan kubah masjid dengan ornamen geometris, muqarnas, dan kaligrafi, lukisan kaligrafi ekspresif di atas kanvas, serta desain digital. Sejak 2003, ia telah berpartisipasi dalam sekitar 35 pameran seni di dalam dan luar negeri.
Selain kesibukannya sebagai Managing Director & Founder PT. Robians Talenta Abadi (sejak 2020), Kurnia aktif berbagi ilmu melalui kegiatan mengajar lukis kaligrafi dan desain, serta mengisi berbagai dialog seni, lokakarya, dan seminar kaligrafi. Dedikasi dan kecintaannya pada seni kaligrafi dan arsitektur Islam yang agung menjadi pendorong utama kiprahnya yang inspiratif. Prestasinya juga ditandai beberapa kemenangan dalam lomba lukis kaligrafi tingkat nasional.
(*)
Jakarta, 24 Februari 2025
Erna Wiyono - Visual Artist, Writer, Journalist, Visual Arts Educator, Creative Director, Indonesia Dancer.
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA +62 811-8860-280