Puisi : Wahyu Toveng
Editor : Erna Wiyono
Tubuhmu semakin usang di laci mesin pencari data. Tidak berdebu, namun penuh virus yang menghitung detik menjadi bom waktu.
Kata kunci itu lupa diketik ulang di lubang kunci. Sebuah pertanyaan terkunci di dalamnya. Ia ingin keluar sebagai jawaban dari perubahan musim di awal tahun. Sebuah pertanyaan selalu ingin bereinkarnasi setelah ia mengenali kata kunci.
Lalu jawaban terlepas ikhlas dari kepompong, dan terbang menjauh sebagai kupu-kupu. Ia segera menjauh sebelum bom waktu menjadi ledakan dan kota-kota terkunci dalam pemberitaan. Kota-kota yang hidup dalam hitungan detik di tangan seorang pelukis yang merekam puisi di ujung kuasnya.
Namun kota-kota itu kini padam dalam berita ekonomi yang tiba-tiba flu berat dan sesak napas. Ambulan demi ambulan hilir mudik menyusun selang infus dari ujung jalan sini ke ujung kutub sana.
Dan tubuhnya semakin hilang tak berbekas di dasar laci mesin pencari data. Ditelan virus yang semakin raksasa mencerna data-data. Sebuah pertanyaan kini kian pudar menutupi wajah dan mencemaskan barisan angka. Entah sampai kapan.
Zona Merah Episentrum Wabah
17 April 2020
Bionarasi:
Wahyu Toveng, kelahiran Jakarta 1977 Alumni dari Akademi Teknologi Grafika Indonesia. Seorang penikmat sastra, puisi-puisinya terhimpun dalam berbagai antologi puisi bersama. Pernah berperan sebagai Brojo dalam lakon berjudul PERTJA bersama Pandu Teater untuk Festival Teater Jakarta Pusat 2021. Pemenang kedua Love Poetry Competition 2022 Majalah Figure Explor, Pemenang Puisi Terbaik
Anugerah Negeri Kertas, Hak Asasi Manusia 2022. Nominasi Anugerah Sastra Apajake 2023 Kategori Puisi, Juara Harapan 2 Lomba Cipta Puisi Grup FB Hari Puisi Indonesia 2023
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA +62 811-8860-280